More

    Mahasiswa Psikologi Atmajaya “Perang” Terhadap Eksploitasi Anak

    Ahmad Fauzan

    JAKARTA, KabarKampus- Pada tahun 2003 ILO-IPEC memperkirakan jumlah pekerja seks komersial dibawah 18 tahun berjumlah 1.244 anak di Jakarta, Bandung 2.511, Yogyakarta 520, Surabaya 4.990, dan Semarang 1.623. Data ini memicu mahasiswa Psikologi Atmajaya mengkampanyekan anti kekerasan terhadap anak, di kampus Atmajaya, Jakarta, (27/10).

    Dalam acara bertema “Stop Child Abuse” mahasiswa Psikologi memberikan berbagai informasi bentuk-bentuk kekerasan terhadap anak. Seperti persoalan perdagangan, eksploitasi, pekerja, pelacuran, korban perang, pornografi dan pedofilia.

    - Advertisement -

    Alfian mahasiswa psikologi klinis, semester 8, menjelaskan, acara ini untuk mengedukasi mahasiwa Admajaya mengenai  kekerasan terhadap anak, antara lain eksploitasi dan perdagangan anak.

    Ia mencontohkan daerah wisata di Indonesia masih terdapat sejumlah kasus menimpa anak yang menjadi korban eksploitasi seksual. Berdasarkan data Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, menurut Alfian, dari tahun 1972 -2008, tercatat lebih dari 13.703 anak korban eksploitasi seksual di daerah tujuan wisata, seperti di Bali, Nusa Tenggara Barat, Jawa Tengah, Kepulauan Riau, Jawa Barat, dan Jawa Timur.

    “Wisatawan datang ke Indonesia kadang gak cuma mencari tempat yang bagus tapi juga wisata seks. Salah satu targetnya adalah anak anak,” kata Alfian.

    Sementara menurut Mishele, mahasiswa psikologi semester 3, anak-anak Indonesia juga rentan mengalami pekerjaan berbahaya. Berdasarkan data dari International Labor Organization (ILO), ada sekitar 115 dari 215 anak di Indonesia bekerja di tempat berbahaya. Michele mencontohkan anak-anak yang bekerja mengelem sepatu.

    “Si anak dapat mengalami gangguan pernafasan dan kesehatan,” kata Mishele.

    Seharusnya anak-anak tersebut sekolah namun dipaksa bekerja oleh orang tuanya. Hal ini karena orang tua mereka miskin. Pemerintah yang membuat rakyat Indonesia menjadi miskin. “Pemerintah seharusnya bertanggung jawab karena membiarkan kemiskinan di masyarakat. Dan situasi itu memaksa anak menjadi pekerja.

    Memaksa anak bekerja menurut Mishele,”Adalah kekerasan terhadap anak.” []

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here