Frino Bariarcianur
Jokowi memang pandai membuat pesona. Pada HUT DKI Jakarta ia naik kuda keliling Jakarta. Semua orang tertawa melihat “sang gubernur” yang suka blusukan ke daerah Jakarta. Saat mengambil foto ini, saya mendengar banyak sekali ibu-ibu berteriak, “Jokowi…Jokowiiiii…..!” Dan anak-anak pun melambaikan tangan kepada Jokowi yang berdandan laksana kaisar ini.
Orang-orang berdesak-desakan. Saya pun begitu. Ketika melihat sosok di atas kuda blasteran Padang dan Australia melambai ke arah warga, saya senyum. Ia berkeringat.
Yap! Jokowi “rela” harus didandani seperti 500 lebih siswa-siswi DKI Jakarta yang berbusana unik. Ia juga mengundang Red Batik Solo untuk berpartisipasi dalam Jakarnaval 2013. Generasi muda yang tergabung dalam Red Batik Solo ini memperlihatkan busana-busana yang mencolok perhatian. Semua busana itu hasil kreasi anak muda sendiri.
Tentunya barisan paling panjang adalah siswa-siswi se-DKI Jakarta. Mereka baru mengenal bagaimamna membuat kostum. Selama dua minggu anak-anak belasan tahun ini mengikuti workshop di Balai Kota. Setiap hari bus pariwisata menjemput mereka ke sekolah. Di Balali Kota mereka berkreasi dengan riang gembira. Sungguh-sungguh menghadapi HUT DKI Jakarta ke-486.
“Saya juga membantu anak saya,” kata Nuraini, seorang ibu yang tak sengaja kutemui diantara puluhan ribu orang yang menonton. Anak Nuraini bernama Auliafadlika Muslim, siswa kelas 2, SMA 182 Jakarta Timur. “Dia mau dan semangat, kasihan kalau tidak didukung.”
“Nggak sia-sia bantu dia, banyak orang yang suka dan foto-foto,” kata Nuraini.
Sebagai orang tua, mereka sangat mendukung kegiatan ini. “Maklum Mas, jaman sekarang, kalau nggak benar, anak kita bisa terjerumus dengan narkoba,” kata suami Nuraini. Tak lama barisan siswa-siswi berbusana unik ini pun melangkah dengan pasti. Nurani beserta suami dan anak-anaknya mengikuti.
Siang itu sangat panas tapi semua menikmatinya. Jelas kalau sudah ada karnaval, jalanan di Jakarta tentu macet. Tapi macet kali ini untuk melihat “sang pemimpin” menyapa puluhan ribu warga Jakarta yang sejak pagi sudah berdatangan. Tentu tidak hanya Jokowi yang ingin diliat. Ada banyak hal yang menyenangkan bisa dilihat pada hari Minggu kemarin. Diantaranya ada ondel-ondel raksasa yang mirip ogoh-ogoh. Ondel-ondel ini digotong belasan orang dengan iringan alunan musik khas Betawi.
Meski warga Jakarta seringkali melihat ondel-ondel ngamen di sejumlah ruas jalan Jakarta atau di Monumen Nasional (Monas), kali ini ondel-ondel istimewa. Tidak ada sesuatu yang baru dengan boneka besar itu. Bisa jadi karena peristiwanya hingga orang-orang tak ingin luput merekam sang ondel-ondel yang penuh keajaiban. Berulang kali dilihat, berulang kali kita dibuatnya tertawa.
Rute Jakarnaval 2013 dimulai dari Balai Kota Jakarta menuju Jalan Thamrin dan berputar di Bundaran HI kembali ke Jalan Medan Merdeka Selatan lagi. Rute ini tak melewati Istana Negara.
“Cape mas, ngikutin gerakan Jokowi. Repot.” ujar salah seorang Satpol PP yang saya temui di Monas, Minggu (30/06/2013).
Saya memaklumi pendapat Satpol PP itu. Sebab selama ini mereka baru menemui pejabat yang gerakannya laksana angin. Satpol ini pernah kulihat ketika mereka tengah bekerja membenteng tanggul yang jebol saat Jakarta banjir awal 2013 lalu. Waktu itu Jokowi teriak kepada mereka agar segera bekerja. Hujan lebat. Tak ada satu pun yang kering.
Sebagai bagian penting dalam struktur pemerintahan, salah satu tugas Satpol harus mendampingi kemana pun pejabat pergi. Terutama hal-hal yang berkaitan dengan tugas untuk bertemu rakyat. Saya hanya tertawa mendengar ungkapan jujur Satpol PP yang kutemui sore itu. Tidak mudah memang mendampingi pejabat, terlebih anggota Satpol PP baru menemui pejabat seperti Jokowi.
Terbukti kok, banyak orang terkejut dengan gaya kepemimpinan Jokowi. Tidak hanya Satpol PP, sejumlah PNS pun kerepotan menghadapi kepemimpinan Jokowi ini. Para politikus ada yang tak senang dengan publisitas yang “over” dari Jokowi. Apalagi saat ini, seperti tulisan ini juga, Jokowi memang orang yang tengah disayang media massa di Indonesia. Ia didaulat untuk menjadi “Gubernur Semua Provinsi” di Indonesia. Dengan kata lain, pesona Jokowi ini membuat orang-orang berharap ia mau memimpin Indonesia.
“Kami memang sedih, saat Jokowi harus pindah dari Solo,” kata Navora Bagus, pemuda dari Red Batik Solo yang ikut karnaval. “Tapi itu tugas Pak Jokowi, semoga ia bisa membuat Jakarta lebih baik.”
Jakarta memang harus bisa lebih manusiawi. Jakarta memang harus bisa melihat dirinya kembali agar tak terlalu angkuh dan menganggap kecil daerah lain. Termasuk Istana Negara yang berada di Kota Jakarta. Kiranya seperti di Balai Kota Jakarta, Istana Negara harus bisa membuka pintunya “lebar-lebar” dan melihat dengan jeli, bagaimana memimpin rakyat itu. []