Ahmad Fauzan Sazli
SEMARANG, KabarKampus – Indonesia merupakan negara yang terdiri dari gugusan ribuan pulau yang tersebar. Beberapa diantaranya berbatasan langsung dengan negara lain.
Masalah yang sering muncul adalah masalah tentang perbatasan batas wilayah negara, salah satu contoh permasalahan klasik yang sering dialami oleh bangsa ini adalah praktek illegal fishing yang kerap kali melanda bagian wilayah perbatasan Indonesia.
Kerugian negara yang dialami tidak tanggung-tanggung yaitu mencapai 30 Triliun rupiah tiap tahunnya. Oleh sebab itu dibutuhkan sebuah solusi optimum untuk menghadapi krisis yang sering melanda.
Berangkat dari permasalahan tersebut, tiga mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) yang tergabung dalam Tim Sinergy UNDIP membuat inovasi teknologi dibidang pertahanan dan keamanan nasional. Mereka menamakannya dengan DEFOVES (Detector Foreign Vessel) atau alat pendeteksi kapal asing.
Tiga mahasiswa tersebut, yakni Adrian Bela Widodo (S1 Teknik Elektro’12), Betantya Nugroho (S1 Teknik Elektro’12), dan Bayu Adi Saputro (DIII Teknik Elektro’12). Teknologi yang mereka kembangkan tersebut mampu mendeteksi keberadaan kapal dipermukaan air maupun kapal selam di wilayah perbatasan Indonesia.
Menurut Adrian, teknologi yang mereka kembangkan ini memiliki perbandingannya terbalik dengan radar yang dimiliki pada kapal saat ini. Jika pada radar sistem mendeteksi dari atas ke bawah (up to bottom), pada alat ini akan mendeteksi melalui bawah ke atas (bottom to up).
“Media cepat rambat deteksi menggunakan media air laut. Hal itu karena air laut memiliki sistem pendeteksian yang lebih cepat meskipun masih di bawah kecepatan suara,” jelas Adrian.

Ia mengatakan, bahwa alat ini sudah dirancang dengan kuat, aman, dan ramah lingkungan. Sehingga alat yang di pasang di bawah laut perairan Indonesia ini dapat mengatasi gangguan yang ditimbulkan oleh gangguan tekanan ombak yang kuat.
“DEFOVES dilapisi oleh bahan berbasis sistem nanoteknologi sehingga dapat mengatasi masalah kotornya dinding alat dari kotoran dan alga di laut, karena pada lapisan ini dapat membuat dinding alat DEFOVES dapat bersih dengan sendirinya,” kata Adrian.
Ia menjelaskan, bahwa pendeteksian sistem identitas kapal menggunakan teknologi RF-ID (Radio Frequency Identification). Sementara untuk sistem pengisian listrik alat memanfaatkan teknologi terkini yaitu menggunakan sistem wireless charging.
“DEFOVES ini memliki jangkauan deteksi yang cukup besar yakni lebih 1000 Km dibawah permukaan laut. Hanya saja dalam pembuatan skala prototype saat ini baru mencapai ketinggian maksimal delapan meter,” katanya.
Adrian berharap Melalui DEFOVES ini dapat mengatasi permasalahan yang sering kali melanda wilayah perbatasan Indonesia. Sehingga kerugian negara akan kerusakan lingkungan diwilayah perbatasan dapat diminimalisir dengan maksimal.
“Meskipun pada kenyataannya alat ini masih dalam berbentuk prototipe dan masih perlu pengembangan selanjutnya, tetapi hal ini sangat memberikan sumbangsi besar terhadap ide kreatif dan inovatif mahasiswa Indonesia untuk dapat berkontribusi dalam tahap kemajuan bangsa,” tutup Adrian.






