Frino Bariarcianur
Setelah menikmati indahnya dunia bersama kawan-kawan, jalan hidup Afriyani Susanti (29) berubah 180 derajat. Ia dicaci maki oleh ribuan orang lewat jejaring sosial atas kelalaiannya mengendara mobil yang menyebabkan sembilan nyawa tewas.
Semenjak mobil yang dikendarainya menabrak orang, akun twitter Afriyanti dipenuhi dengan hujatan dan caci maki. Inilah salah satu akibat seseorang yang eksis di dunia jejaring sosial. Pasti mendapatkan sesuatu hal yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.
Caci maki para penghuni dunia maya itu adalah bentuk kekecewaan, rasa benci, dan segala macam perasaaan. Jika ada yang simpati dan empati pada pelaku, pastilah terjadi “perang” komentar.
@dedes_aja: Kok gw gak bs buka twittx si pengemudi xenia maut? Pdhl mo gw follow tuh buat maki” doank . @dioPR : Itu muka yg bawa xenia maut udh kek babi wkwkwkwk @kebodoranhidup: Selamat pagi. Melihat analisa sementara Kepolisian td pagi, saya mengutuk kejadian “Xenia Maut” dan mendukung Afriyani di hukum MATI!@Jelangkung disaat orang sibuk rayain imlek,dia @sinengaprilia sibuk nabrak 9 orang,dasar anjing buldog.
Tidak cukup hanya memaki. Bentuk lain dari kekecewaan dan kebencian itu juga diwujudkan dalam desain grafis berupa gambar pelaku dengan dibumbui teks-teks yang provokatif. Para facebookers pun menggalang solidaritas korban agar si pelaku dihukum mati.
Sampai hari ini, Rabu (25/01), dunia maya terus membincangkan tragedi yang terjadi di depan Gedung Kementerian Perdagangan, Tugu Tani, Jakarta Pusat. Media massa pun masih memblow-up peristiwa ini. Biasanya reportase akan terus berlanjut sampai ketuk palu hakim di pengadilan. Orang-orang di Jakarta pun masih ingin melihat lokasi kejadian.
Kebencian dan kekecawaan di dunia maya itu lebih cepat dari gerakan waktu. Kebencian memuncak setelah mengetahui ketika pihak kepolisian memberikan keterangan bahwa pelaku dan kawan-kawan habis berpesta pora. Menenggak minuman keras dan ekstasi. Saat mengendarai mobil, pelaku tak “membawa” SIM juga STNK. Pelaku membawa mobil dalam kecepatan tinggi. Saat keluar, pelaku seperti belum sadar apa yang terjadi. Apa nggak stress saat orang membaca berita tersebut?
Afriyani Susanti, pengendara Daihatsu Xenia B 2479 XI atau kini lebih dikenal sebagai xenia maut telah meringkuk di sel. Ia akan diganjar pasal berlapis. Ia terbukti menggunakan narkoba dan itu ganjarannya bisa sampai 12 tahun penjara. Ia juga akan dikenai hukuman karena merusak fasilitas umum, dan karena kelalaiannya hingga menghilangkan nyawa orang. Dengan jeratan pasal berlapis ini, perempuan tambun itu terancam hukuman enam tahun penjara dan denda Rp12 juta. Peristiwa terjadi pada hari Minggu 22 Januari 2012.
Hukuman ini belum setimpal jika mengikuti timeline soal (#) xenia maut. Para penghuni dunia maya terus mengungkapkan rasa kekecewaan demi kekecewaan. Ketika ada sebuah akun yang menatasnamakan identitas pelaku untuk meminta maaf. Disambut dengan kicauan, salah satunya @windryasari : Simpen aje tuh maaf lo buat pertanggung jawaban di akhirat @SiNengAprilia.
Reaksi spontan para penghuni dunia maya yang menggunakan jejaring sosial untuk “menghukum” pelaku bukan hal yang baru. Siapapun orang yang pernah melakukan atau membuat pernyataan yang menyinggung pasti pernah mengalaminya. Dihujat. Ambil contoh kasus Luna Maya, Marissa Haque, Tiffatul Sembiring juga Presiden SBY. Dan tentunya tak hanya hujatan, dukungan solidaritas seperti koin peduli untuk Prita Mulyasari juga ada.
Konsekuensi logis dari kehidupan saat ini yang didukung oleh perangkat canggih seperti jejaring sosial dan gadget membuat setiap orang diperhatikan. Sekali saja melakukan kesalahan, maka dunia akan menghukum kita. Ini harus kita terima. Dan di dunia maya, ia telah menjadi kekal abadi. []