BANDUNG, KabarKampus – Pada awalnya, pria ini tidak menyukai kopi. Tetapi, kini dia hidup dari kopi bahkan memiliki status lebih tinggi dari para barista atau peracik kopi di Indonesia.
Sepanjang umurnya, David Irawan Adiguna menganggap kopi bukan minuman yang menarik. Warnanya hitam dan rasanya pahit. Gambaran itu terus melekat dalam benaknya hingga suatu hari dia pergi ke coffee shop bersama teman-temannya.
“Waktu itu masih kuliah di Melbourne, Australia. Nyicipin kopi, ternyata rasanya berbeda bukan pahit tapi luar biasa asam,” akunya kepada wartawan saat ditemui usai jumpa pers Bandung Coffee Festival di Morning Glory Cafe, Jalan Dr Sutami, Bandung, Kamis (23/10/2014).
Sejak itu, David mulai rutin mengunjungi coffee shop yang ada di tempatnya menetap pada 2010 silam. Dia memesan dan mencicipi kopi-kopi yang ada. Bahkan dia mencatatnya dalam jurnal khusus yang kerap dia bawa.
Bukan hanya itu, David juga mengatakan mulai bekerja paruh waktu sebagai barista di salah satu coffee shop di Melbourne. Setelah menyelesaikan kuliahnya di RMIT University, dia kembali ke Indonesia dan mencoba untuk ikut ujian Q-Grader di Jakarta.
“Waktu itu, saya ngga kepikiran untuk lulus. Tetapi, setelah menjalankan proses yang panjang ternyata lulus juga,” ujar David yang ketika kuliah mengambil jurusan IT.
Kini, hidupnya benar-benar bergantung pada kopi. Bahkan hasil pendidikan yang dia jalani selama di Australia pun ditinggalkan demi kopi. David pun membuka usahanya sendiri, yakni coffee shop di Bandung.
“Sampai sekarang, masih jadi barista di tempat sendiri. Dan IT benar-benar sudah saya tinggalkan,” pungkasnya.[ Mega Dwi Anggraeni]