Sejumlah ormas yang mengklaim paling Nasionalis di tanah bekas jajahan ini selalu reaksioner melihat palu dan arit. Dua alat kerja ini dianggap paling mewakili komunisme di Indonesia. Sehingga ketika Puteri Indonesia 2015, Anindya Kusuma Putri tengah berada di Vietnam, mengunggah foto dirinya dengan barkaos palu dan arit, langsung diprotes.
Front Pembela Islam, Pemuda Pancasila, juga Mayor Jenderal Mochamad Fuad Basya yang menjabat sebagai Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI bagai cacing kena abu melihat palu dan arit di tubuh Anindya.
Rasa nasionalis mereka pun langsung mendidih. Mereka resah…mereka gelisah.
Tidak tanggung-tanggung, Sang Puteri Indonesia 2015 dianggap menyebarkan paham komunisme. Mereka melaporkan Puteri Indonesia 2015, Anindya Kusuma Putri ke Polisi. Alamak jang!
Para nasionalis ini seharusnya membuka mata dan terlebih-lebih akal pikiran mereka. Bahwa Puteri Indonesia 2015 itu tengah berada di Vietnam, sebuah negeri yang beraliran komunis. Dan Indonesia sangat menghargai negara sahabat ini.
Bukankah sesuatu yang aneh, bila seorang Indonesia mengenakan baju kaos negara sahabatnya langsung divonis menyebarkan paham komunisme. Toh, Anindya sudah meminta maaf. Ia nggak tahu masih banyak orang-orang Indonesia yang sensi dengan gambar palu dan arit. Nanti lama-lama palu dan arit di rumah kita pun dilarang.
Pendek cerita, kalaulah semua hal-hal yang berbau komunisme ditentang oleh para nasionalis ini, coba berikan alasan kenapa barang-barang yang masuk ke Indonesia banyak dari negara komunis. Dan kenapa kita tetap bersahabat dengan bangsa komunis? Bukankah ini paradoks?!
Sudahlah FPI, sudahlah Pemuda Pancasila, sudahlah Kapuspen TNI, jangan bebankan sejarah lama yang penuh misteri tahun 1965 itu kepada anak-anak bangsa yang lebih menunjukkan rasa Indonesia mereka. Yakni rasa bebas merdeka dan penuh persahabatan kepada warga dunia.
Sesungguhnya kita harus belajar lagi pada anak-anak muda yang merdeka.[]