Penulis : Achmad faizal, Mahasiswa Sosiologi Unhas.
Go-jek beberapa hari ini terakhir telah berhasil merebut perhatian sebagian masyarakat Indonesia terutama kota Jakarta. Transportasi sepeda motor ini tak hanya memberikan kemudahan bagi warga Jakarta, namun juga solusi atas kemacetan di kota Jakarta.
Setelah marak di Jakarta, kota lain seperti Bandung, Surabaya, dan Bali kemudian menyusul. Lalu tepat tanggal 7 Agustus 2015, melalui akun @gojekindonesia mengumumkan Go-jek telah resmi beroperasi di kota Makassar.
Go-jek merupakan rupa lain dari ojek konvensional yang bertransformasi menggunakan sentuhan aplikasi teknologi berbasis smartphone yang di koneksikan dengan jaringan internet. Para calon penumpang yang hendak menggunakan jasa Go-jek ini hanya perlu mendownload dan menginstal aplikasi Go-jek di smartphone mereka lalu mengikuti prosedur-prosedur selanjutnya hingga sampai pada titik kesepakatan antara driver Go-jek dan calon penumpang.
Go-jek menyediakan beberapa layanan tambahan di samping jasa antar-jemput penumpang, di antaranya instant courier yakni jasa antar-jemput barang layaknya jasa pengiriman barang pada umumnya, membeli kebutuhan di pasar, supermarket atau tempat sejenisnya. Go-jek menyediakan Shopping yakni jasa yang akan membelikan perlengkapan atau kebutuhan sehari-hari anda seperti sembako, obat-obatan dengan ketentuan di bawah 1 juta rupiah. Selain itu, hadir pula, Go-Food yang di prakarsai oleh Jesayas Ferdinandus. Go-Food ini pada dasarnya sebuah bentuk kooperatif antara Gojek dan usaha makanan atau restaurant, sehingga Go-jek memiliki fungsi tambahan lagi yakni untuk mengantarkan makanan yang telah di pesan oleh seseorang di sebuah restaurant atau warung makanan yang sebelumnya telah menjalin kerja sama dengan pengelola atau instansi Go-jek.
Dengan hadirnya gojek di Makassar, maka menambah deretan jenis transportasi massa yang ada di kota daeng ini, selain pete-pete (angkutan kota), Bus, Bentor (becak motor), becak konvensional dan ojek konvensional. Atmosfir persaingan dalam mendapatkan penumpang pun tentunya semakin ketat terutama di antara Go-jek, Bentor dan Ojek konvensional.
Umumnya Bentor dan Ojek konvensional hanya bermodalkan tempat mangkal untuk menunggu calon penumpang yang hendak menggunakan jasanya, namun kali ini yang lebih di untungkan adalah Go-jek itu sendiri karena para driver telah di bekali teknologi berupa aplikasi gojek (online) di smartphone mereka yang akan memberi kemudahan kepada driver untuk membangun relasi dengan calon penumpang. Di sisi lain Go-jek memiliki fungsi tambahan yang dapat mereka jajakan untuk menarik perhatian calon penumpang.
Pilihan Rasional
Sebagian besar masyarakat modern dalam relasi sosialnya menerapkan tindakan rasional yang beorientasi instrumental atau dalam istilah Weber zwerk rational. Tindakan rasional instrumental ini sangat memperhitungkan ketersediaan alat, sarana atau secara umum untung-ruginya sesuatu. Max weber pernah mengatakan bahwa semakin jelas untung ruginya, maka semakin rasional tindakan seseorang. Inilah yang menjadi dasar motivasi para calon penumpang menggunakan jasa Go-jek yang di nilai lebih memberi kepuasan di banding menggunakan jasa ojek konvensional atau bentor.
Menggunakan Go-jek sebagai salah satu bentuk pilihan rasional masyarakat modern dalam moda transportasi di nilai lebih efektif dan efesien di bandingkan menggunakan jasa Ojek konvensional maupun Bentor. Penumpang tidak perlu mengeluarkan banyak kalori untuk mengunjungi pangkalan Ojek dan Bentor, tetapi cukup dengan sedikit memainkan layar sentuh smartphone dan membuka aplikasi Go-jek maka calon penumpang akan langsung terhubung dengan driver dan seketika tujuan penumpang akan terpenuhi.
Go-jek telah memangkas biaya dan waktu para penumpang. Transparansi dan standarisasi tarif yang di suguhkan, hal ini tentunya menambah ketertarikan penumpang karena hanya menghabiskan 10-15 ribu maka tujuan akan tercapai entah itu antar-jemput barang, makanan, maupun antar-jemput penumpang itu sendiri.
Kenyamanan dan Keamanan
Menggunakan jasa Go-jek tentunya lebih menjamin kenyamanan dan keamanan penumpang karena para driver bukanlah driver sembarangan (abal-abal). Untuk menjadi driver Go-jek diperlukan beberapa tahap penyeleksian seperti behaviour test melalui wawancara, navigation test serta perlengkapan administrasi tentunya semisal KTP, SIM. Instansi atau pengelola Go-jek telah menjalin kerja sama dengan pihak kepolisian sehingga keamanan penumpang dan driver Go-jek lebih terjamin. Selain itu, asuransi yang telah disediakan untuk para konsumen baik karena kecelakaan, barang yang hilang atau rusak ini menambah nilai plus Go-jek di mata calon penumpangnya.
Melihat kembali fenomena kekerasan baik secara seksual, pencurian maupun penikaman beberapa waktu lalu di Makassar yang marak terjadi di tambah sedikit corengan dari para netizen yang memciptakan hastag #makassartidakaman ini akan berdampak kepada pilihan masyarakat dalam menggunakan moda transportasi kedepannya. Jaminan keamanan dan kenyamanan tatkala penumpang hendak menggunakan jasa ojek konvensional maupun bentor hanya di dapatkan dari modal social yang telah terbangun berupa kepercayaan, saling kenal, ataupun langganan satu sama lain antara penumpang dan tukang ojek/bentor, sehingga kedepannya ini akan berpotensi mengurangi ketertarikan penumpang menggunakan jasa ojek konvensional maupun bentor.
Kecemburuan Social
Potensi konflik atau gesekan social antara driver Go-jek dengan para driver lainnya – pete-pete, ojek konvensional, bentor memang mungkin saja terjadi di Makassar sebagaimana yang telah terjadi di Jakarta beberapa waktu lalu. Di tambah dengan karakter sebagian orang Makassar yang telah di labeli dengan jargon “pa’bambangngang na tolo” ini akan menjadi pemicu semangat untuk menciptakan suasana panas di antara para driver transportasi massa.
Kemudahan akses, teknologi terkini sebagai privilege yang di tawarkan oleh Go-jek ini berpotensi menimbulkan kecemburuan social di antara driver transportasi massa lainnya terutama ojek konvensional dan bentor yang masih beroperasi secara manual karena ada kecendrungan kedepannya calon penumpang yang sebelumnya menggunakan jasa ojek konvensional malah berbalik selingkuh dengan driver Go-jek.
Maka pentingnya sosialisasi dan komunikasi yang efektif kepada para pihak yang terkait agar kedepannya tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan serta bisa bersama-sama menciptakan pelayanan publik yang nyaman, aman dan mapan.[]