ABC AUSTRALIA NETWORK
Lydia Hales
Patah hati karena dikecewakan kekasih merupakan hal umum yang terjadi dalam kisah cinta. Selain mempengaruhi emosi orang yang mengalaminya, patah hati ternyata juga dapat menyebabkan kerusakan pada jantung.
Kesimpulan ini dibenarkan oleh pakar jantung atau kardiolog dan malah terkadang dapat memicu kematian, meski kasusnya jarang terjadi.
Salah satu contoh yang belum lama terjadi adalah kematian kakek bernama NK Paliwak di Adelaide yang meninggal karena serangan jantung tidak lama setelah mendengar kabar keluarganya terbunuh dalam kecelakaan di India.
Selain itu umum diketahui juga kalau pasangan atau suami/isteri yang kehilangan belahan hatinya lebih besat resiko meninggal akibat serangan jantung beberapa hari, minggu atau bulan setelah ditinggal mati pasangannya.
Diduga salah satu penyebabnya adalah adanya hubungan antara dampak dari hormon stress pada detak jantung, tekanan darah dan pembekuan darah.
Namun pakar sekarang menduga setidaknya beberapa dari kasus kematian yang terkait dengan kadar emosi tinggi bisa jadi merupakan kasus gangguan jantung berbeda yang baru dikenali di Australia sekitar 10 tahun.
Sindrom patah hati atau cardiomiopati stress terjadi ketika terjadi lonjakan adrenalin dari hormon stress memicu terjadinya peradangan di bagian jantung.
Hal ini juga terjadi pada kondisi yang disebut dengan nama Takotsubo cardiomyopathy, yang terjadi akibat bentuk abnormal dari jantung yang dampak dari lonjakan hormone stress yang membuat bentuk jantung menyerupai pot tradisional Jepang untk memancing gurita.
“Kita bisa menyuntikan adrenalin ke seseorang dan memicu serangan jantung… ada banyak bukti yang menunjukkan pengaruh adrenalin dalam kondisi ini,” kata Profesor John Horowitz, kepala kardiologi di Rumah Sakit Elizabeth Queen Adelaide, yang meneliti sindrom patah hati.
Diduga berlebihannya hormone stress pada dasarnya bisa menyengat jantung, tapi bagaimana persisnya kondisi ini terjadi tidak diketahui.
Meski memiliki gejala yang serupa dengan kasus serangan jantung pada umumnya, kasus serangan jantung yang dipicu sindrom patah hati biasanya melibatkan penyumbatan.
Ini menjadi kondisi yang serius karena sebagian besar otot jantung untuk sementara melemah hingga ke titik tidak mampu memompa dengan benar. Berkurangnya fungsi otot jantung ini bisa berakibat fatal, menyebabkan serangan jantung (di mana sistem listrik jantung terganggu sehingga berhenti memompa).
Emosi seperti kesedihan, kemarahan atau kecemasan tampaknya menjadi pemicu di hampir 28 persen kasus semacam ini, menurut sebuah studi dari kondisi yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine tahun lalu.
Tapi masih banyak yang harus dipelajari mengenai sindrom patah hati ini terutama mengengenai pemicu yang bersifat fisik – seperti kesulitan bernapas yang parah atau infeksi yang mencakup 36 persen dari kasus sindrom ini. Sementara sekitar 28 persen kasus lainnya tidak teridentifikasi pemicunya sama sekali.
Beberapa ‘pemicu’ – seperti kerusakan rumah atau argumen dengan tetangga yang tampak sepele, tapi pada orang yang rentan bisa memicu sindrom tersebut. []