Mahasiswi asal Indonesia yang sedang mengambil PhD di University of Wolonggong, Australia, ini merupakan mahasiswi yang beruntung. Bagaimana tidak, baru dua tahun terlibat dalam penelitian geologi dan paleontology di Nusa Tenggara Timur, ia telah menemukan fosil manusia purba berusia sekitar 700 ribu tahun.
Mahasiswi tersebut adalah Mika Puspaningrum, kandidat PhD untuk konsenterasi Paleontologi. Ia terlibat dalam penelitian tersebut sejak tahun 2012, kemudian pada tahun 2014 menemukan fosil manusia purba berupa gigi geraham, gigi kacip, gigi taring, dan tulang raham.
Penemuan yang merupakan hasil kerjasama Badan Geologi dan University of Wolonggong ini menjadi penemuan manusia purba tertua di daratan Flores dan merupakan fosil manusia purba pertama yang ditemukan di Cekungan Soa, Mata Menge, Kecamatan Soa, Kabupaten Ngada, NTT.
Dalam penelitian yang telah dimulai sejak tahun 1956 ini, Mika Puspaningrum atau yang disapa Mika ini bertugas mencatat dan menganalisis fauna yang ditemukan di Cekungan Soa tersebut. Namun ketika sedang mencatat dan mendokumentasikan sejumlah fosil yang ditemukan, ia menemukan gigi manusia purba yang selama ini dicari.
“Ketika itu saya sedang mencatat sejumlah temuan di tempat penggalian Pak Andreas Boko, seorang warga Mata Menge yang terlibat penggalian. Pertama saya lihat adalah tikus. Kemudian saya temukan gigi manusia purba,” kata Mika yang mengambil gelar S1 di Biologi ITB dan S2 di Geologi ITB.
Mika mengaku, dirinya adalah seorang paleontologi dan bukan ahli manusia purba. Namun ketika mencatat semua temuan, dia tahu bahwa temuan tersebut merupakan gigi manusia purba yang selama ini dicari dan penting.
Bagi perempuan berumur 30 tahun ini, penemuan manusia purba adalah penghargaan yang besar bagi diirnya. Apalagi penggalian manusia purba ini telah dilakukan sejak tahun 1956. Kemudian, dirinya yang mulai mengikuti penggalian sejak tahun 2012 bisa menyaksikan manusia purba yang selama ini dicari.
“Jadi saya sangat beruntung sekali,” ungkap Mika yang tengah menyelesaikan penelitian akhir tentang “gajah sebagai indikator lingkungan purba” ini.
Selain menemukan fosil manusia, kegiatan penggalian juga menemukan fosil binatang dan alat batu (artefak). Fosil binatang yang ditemukan antara lain fosil gajah, komodo, tikus, katak, dan burung.[]