Duduk di kursi merupakan aktivitas sehari-hari mahasiswa di kampus. Namun pernahkan terbayang, bila aktivitas duduk di kursi bisa mengisi penuh daya ponsel genggam kamu.
Terinspirasi dari lamanya waktu pengajaran kuliah, mahasiswi ITS merealisasikan hal tersebut. Ia mengubah bangku kuliahan menjadi sumber energi listrik.
Inovasi ini dikembangkan oleh Yahdini Fitri Rajabi B dan timnya. Mereka memberinama dengan “InCha El-Supplier”. Benda ini merupakan prototype kursi pegas penghasil energi listrik dengan menggunakan tenaga manusia.
“Kami memanfaatkan tekanan tubuh manusia sebagai sumber energinya,” ujar mahasiswa yang akrab disapa Dini ini.
Ia menjelaskan, InCha El-Supplier merupakan kependekan dari Indonesian Chair Electric Supplier. Alat ini memanfaatkan generator sebagai alat pengubah energi. Dengan roda gerigi dan flywheel (perangkat mekanik berputar yang digunakan untuk menyimpan energi rotasi) InCha El-Supplier yang melengkapinya, alat ini mampu menghasilkan energi listrik yang cukup untuk mengisi daya ponsel genggam.
“Sambil kuliah bisa sekalian charger HP,” bebernya.
Dalam satu kali putaran, roda gerigi pada InCha El-Supplier dapat menggerakkan tiga hingga empat putaran flywheel. Sedangkan dalam satu kali duduk, tekanan manusia dapat memutar roda gerigi sebanyak satu kali. Sehingga, sekali duduk di kursi ini dapat menghasilkan tegangan sebesar 5 volt.
Mahasiswi Jurusan Teknik Lingkungan ini juga menjelaskan, teknologi ini dapat diaplikasikan di bangku kuliah maupun kantor. Tidak cuma duduk, berbagai jenis aktivitas manusia yang menghasilkan tekanan juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber energinya.
“Contohnya tekanan kaki pada penggunaan mesin jahit,” ungkap mahasiswi asal Malang ini.
Dini mengharapkan, kedepan, teknologi ini dapat menghasilkan terobosan baru untuk memaksimalkan fasilitas umum dan memberikan fungsi ekstra yang menjawab kebutuhan manusia akan suplai listrik. Tak hanya mudah dijangkau, energi ini juga ramah lingkungan.
“Pengembangan selanjutnya diarahkan pada kebutuhan komponen pendukung dan estetika kursi itu sendiri,” pungkas mahasiswi kelahiran November 1996 ini.[]