Ahmad Fauzan
Membacakan orasi politik untuk pertama kali adalah hal yang menegangkan. Berthy Bernadetta melakukannya pada deklarasi Assosiasi Pemuda Independent di Jakarta, Jumat (5/11). Berthy tak punya pengalaman organisasi apa pun di kampus, apalagi menjadi demonstran. Namun setalah lulus dan mendapatkan pekerjaaan di sebuah bank swasta, ia justru memutuskan bergabung dengan Asosiasi Pemuda Independent (API).
Pidato politiknya menyadarkan kaum muda untuk aktif dalam dunia politik. Politikus tua menurutnya hanya mementingkan kepentingannya pribadi, jangankan untuk memberikan kesejahteraan kepada masyarakat, apa yang mereka lakukan saja tidak dapat dipertanggunggungjawabkan.
“Saatnya pemuda bangkit melanjutkan perjuangan pahlawan kita,” tuturnya.
Berthy memperoleh gelar sarjana ilmu pendidikan sosiologinya dua bulan lalu di Universitas Negeri Jakarta, semasa kuliah ia tidak peduli dengan organisasi dan dunia politik, namun kini ia ceplas ceplos soal kepemudaan dan politik. Menurutnya betapa dibutuhkannya anak muda dalam dunia politik, politik tidak sekotor yang mereka pikir.
Kalau politik itu kotor, menjadi tugas anak muda untuk membersihkannya.
Perempuan kelahiran 1990 ini berulang kali mengajak pemuda untuk berpolitik. Politik saat ini menurutnya sedang murung dan tidak stabil, pemuda harus menyumbangkan aspirasinya. Bangsa ini membutuhkan pemuda yang refresh, idealis, dan tidak mengikuti arus elit.
Ia menyesal, mengapa tidak dari dulu masuk sebuah organisasi, padahal organisasi itu mengajarkan untuk berpikir kritis membangkitkan semangat nasionalisme, dan menanamkan rasa cinta terhadap tanah air.
Perubahan pada dirinya dimulai dengan perubahan paradigma yakni harus perduli terhadap politik. Dahulu Berthy yang tidak peduli, sekarang mengubah paradigma itu, hidup tak sekedar kuliah dan bekerja namun bisa berkontribusi buat bangsa. Kini ia meluangkan waktunya sepulang kantor atau hari libur untuk sekedar berdiskusi atau rapat mengenai organisasi.
Berthy Bernadetta gadis yang lahir 21 tahun lalu adalah putri dari pasangan Yohannes Harianja dan Yusnida Lubis. Anak keempat dari 5 bersaudara ini menggemari buku-buku filsafat, salah satunya mengenai perenialisme pendidikan yakni filsafat yang memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal.
Gadis berzodiak capricorn ini mengidolakan Sri Mulyani. Menurutnya mantan menteri keuangan itu adalah ia adalalah perempuan yang berintegritas, cerdas, lebih banyak berbuat daripada bicara. Ia juga tokoh yang berprinsip, tidak mau didikte, kalau aturan itu tidak sesuai dengan keadaan hatinya ia memilih keluar.
“Pilihannya menjadi dan executive direktur IMF bukan berarti tidak mencintai tanah air. Di negara sendiri saja dia berpegang prinsip apalagi di luar,” ujar Berthy memperjelas.
Ia yakin mantan menteri keuangan itu orang yang berperinsip teguh. Dan orang yang layak menjadi presiden Republik Indonesia 2014. Ia menjelaskan dukungannya terhadap idolanya itu adalah dukungan pribadi tanpa embel embel organisasi atau latar belakang pendidikan.
Berthy yang berlatarbelakang bankir alias bekerja di bank, seperti Sri Mulyani berharap suatu saat bisa seperti idolanya tersebut. Namun yang lebih penting sekarang baginya adalah berkontribusi buat bangsa. “Langkah kongritnya tunggu saja tanggal mainnya”, ujar Berthy tersenyum.[]