SURABAYA, KabarKampus – Indonesia merupakan lokasi bertemuanya lempeng tektonik sekaligus daerah yang memiliki dampak perubahan iklim. Sehingga Indonesia menjadi wilayah rawan bencana.
Untuk itu, Indonesia harus memiliki langkah mitigasi bencana. mendesak diperlukan. Hal ini tertuang dalam Kuliah Tamu yang digelar Pusat Studi Kebumian, Bencana, dan Prubahan Iklim (PSKBPI) ITS di ITS, Surabaya, Jumat, (09/12/2016).
Dr. Lilik Kurniawan, salah satu pembicara memaparkan, dalam penanganan risiko bencana yang ideal, terdapat lembaga formal dan non formal yang saling berhubungan. Begitu pula, kata Lilik, masyarakat yang selama ini menjadi objek penanggulan risiko bencana, sudah saatnya harus berubah menjadi subjek.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sebagai lembaga formal akan bekerjasama dengan lembaga non formal yaitu forum pengurangan risiko bencana. Forum ini beranggotakan masyarakat, pengusaha, perguruan tinggi, media massa dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
”Sinergi dari dua kelembagaan ini masih sangat minim di Indonesia,” jelas alumnus Teknik Geodesi UGM ini.
Ia memberi contoh, keterlibatan berbagai pihak dapat menjadi langkah awal untuk mengurangi risiko terjadinya bencana hidrologis. Bencana Hidrologis adalah kejadian bencana akibat perubahan pola arus air atau kenaikan muka air akibat tiupan angin, seperti banjir.
Menurutnya, dengan terlibatnya semua pihak termasuk masyarakat, sungai yang biasanya menjadi sumber dari bencana dapat dijaga kebersihannya dan tidak menjadi sumber bencana lagi. Selain itu, keterlibatan masyarakat dalam penanganan risiko bencana, juga akan mengurangi korban jiwa pada bencana yang tak dapat dihindari dan dicegah. Bencana tersebut seperti gempa bumi, tsumani, dan gunung meletus.
Ia menjelaskan, dengan secara aktif terlibat, masyarakat akan mengerti proses evakuasi yang benar dan turut membantunya. Walaupun masih banyak kekurangan, tetapi komitmen Indonesia untuk menangani potensi bencana alam sangat dihargai dunia.
”Kita juga patut berbangga pada penanganan risiko bencana yang ada di Indonesia. Hal ini terbukti dengan diraihnya penghargaan Global Champion for Disaster Risk Reduction oleh Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,” ujar pria yang bergabung dengan BNPB sejak 2009 ini.[]