More

    Dua Jenis Mahasiswa Menurut Pedagang Buku

    06-12-2016-bazar-buku-pim
    Ilustrasi

    Mahasiswa selalu identik dengan buku. Bak vitamin, bukulah yang menemani mahasiswa berkembang selama mahasiswa berada di kampus.

    Besarnya kebutuhan mahasiswa akan buku, membuat tak sedikit pedagang buku berjualan di sekitar kampus. Salah satunya adalah Sanghyang Mughni Pancaniti, pemilik Toko Buku Kebul yang berjualan buku di Sekitar UIN Bandung.

    Pria yang akrab disapa Mughni ini telah menjual buku di sana sejak tahun 2013. Dari tujuh toko buku yang ada, Toko Buku Kebul merupakan satu-satunya toko buku altenatif yang menjual buku-buku altenatif.

    - Advertisement -

    Mugni mengaku, sebagai pemilik toko buku di sekitar kampus, ia mengenali jenis – jenis mahasiswa yang biasa datang ke toko bukunya. Mughni membagi dua jenis mahasiswa tersebut.

    Pertama kata Mughni adalah mahasiswa jenis Pembeli Buku. Mahasiswa jenis ini membeli buku atas perintah dosen. Mahasiswa seperti ini, biasanya setelah meresume buku, dia akan membuang atau menyimpan buku tersebut.

    “Ciri mahasiswa jenis ini adalah adalah saat ke toko, dia akan langsung tanya jenis buku, nama pengarang dan penerbit,” kata Mughni yang merupakan lulusan UIN Bandung ini.

    Kedua, kata Mughni adalah mahasiswa jenis Pembaca Buku. Mahasiswa jenis ini bila datang ke toko buku, cirinya tidak suka menanyakan buku. Dia datang ke toko buku untuk melihat-lihat kemudian membeli yang dia suka.

    “Yang paling sulit nyari di kampus itu adalah mahasiswa jenis Pembaca Buku,” ungkap Mughni.

    Menurut Mughni, di UIN Bandung lokasi tempat ia berjualan buku, mahasiswa yang paling banyak adalah jenis Pembeli Buku. Ada ribuan jumlahnya. Namun fenomena ini tak hanya di UIN Bandung, di berbagai kampus seperti ITB dan Unpad mahasiswa jenis Pembil Buku juga paling banyak.

    “Mereka kebanyakan membeli buku teks,” jelas Mughni.

    Oleh karena itu, kata Mughni ada istilah toko buku alternatif. Toko buku ini menjual buku-buku di luar buku teks kuliah. Contohnya kalau biasanya kampus mewajibkan buku Sosiologi karya Soerjono Soekanto. Maka yang dijual di toko buku altenatif adalah Buku Sosiologi Emile Durkheim.

    Mughni menjelaskan, banyaknya mahasiswa jenis Pembeli Buku, membuat pendapatan penjual buku altenatif jauh lebih rendah daripada penjual buku teks. Seperti toko bukunya yang hanya keluar 20 buku per hari. Berbeda dengan toko buku teks yang bisa mencapai 100 buku per hari.

    Namun bagi Mughni meski berjualan toko buku altenatif di bawah penjual toko buku teks, baginya ini sudah menjadi pilihan bisnisnya. Toh selama selama tiga tahun ada di UIN dia tetap bertahan.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here