BANDUNG, KabarKampus – Jauh sebelum masa pendudukan Jepang pada tahun 1942 hingga 1945, masyarakat Jepang telah ada di Indonesia. Mereka datang sejak tahun 1900 untuk mencari nafkah di Indonesia. Sebagian besar mereka berasal dari Jepang Selatan, sebuah wilayah di Jepang yang miskin ketika itu.
Pada masa itu, orang-orang Jepang di Indonesia berdagang, pemilik toko obat, pedagang obat keliling, hingga membuka jasa fotografi. Mereka ada di sejumlah kota di Indonesia seperti Sabang, Bandung, Batavia, Surabaya, Pontianak, Makassar, hingga Papua. Dari data yang tercatat pada tahun 1913 jumlah mereka mencapai 2,396 orang dengan jumlah laki laki 1,163 orang dan perempuan 1,233 orang.
Hal ini diceritakan Professor Aoki Sumio, seorang peneliti dari Chubu University, Jepang saat menjelaskan hasil penelitiannya berjudul “Indonesia di Mata Masyarakat Jepang : Di Hindia Belanda 100 Tahun yang Lalu Dalam Kartu Pos Bergambar Foto” di Gedung Indonesia Menggugat, Selasa, (21/02/2017) lalu. Dalam buku tersebut menggambarkan masyarakat Jepang dalam kartu pos peninggalan ahli foto Jepang.
Prof Aoki mengaku, penelitian ini berawal dari ketertarikannya terhadap Indonesia. Kemudian banyak menggali soal Indonesia. Dari sana ia mengetahui ternyata ada orang Jepang yang pernah bermukim di Indonesia.
“Sayangnya mereka yang pernah tinggal di Indonesia tersebut tidak meninggalkan dokumentasi pada zaman dulu,” kata Guru Besar Fakultas Hubungan Internasional Chubu University ini.
Prof Aoki baru mendapatkan titik terang mengenai orang Jepang di Indonesia dari Kartu Pos. Kartu Pos tersebut banyak diproduksi terutama perusahan Kawai yang ada di Indonesia. Beberapa foto yang dimuat adalah wakil dari foto terbaik. Diantaranya adalah pemandangan Gunung Bromo, Kantor Pos Bandung, suasana Pasar di Sabang, gedung dagang orang Jepang di Surabaya, foto orang bersuku batak, Lampung, dan sebagainya.
“Ada 500-an kartu pos gambar foto dari barat hingga timur. Mulai dari Kota Sabang hingga Timur Kota Dobo,” ungkap pria kelahiran 1950 ini.
Namun buku yang dibuat Prof Aoki, ini tidak hanya menghadirkan Kartu Pos bergambar, ia juga menghadirkan cerita keberadaan orang-orang Jepang di Indonesia 100 tahun lalu. Begitu juga dengan komunitas Jepang lokal dan asosiasi orang Jepang yang disebut Nihonjinkai.
Kemudian disinggung juga dalam buku ini keberadaan perempuan Jepang yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia dan perubahan masyarakat Jepang di wilayah mereka tinggal. Selain itu adalah para ahli foto yang menjadikan pemandangan dan adat istiadat orang Indonesia menjadi kartu Pos.
Prof Aoki mengaku, sebenarnya mengalami kesulitan dalam mengumpulkan kartu pos tersebut. Karena kartu pos tersebut dikirimkan ke negara-negara barat. Sementara di Jepang dan Indonesia hanya sebagai pembuat kartu pos saja. Selain itu, kesulitas lain adalah mengetahui tahun foto tersebut dibuat, karena penulisan tanggal tidak sesuai dengan waktu foto dibuat.
Namun sayang Kartu Pos mengenai wajah Indonesia yang dibuat masyarakat dan perusahaan Jepang di Indonesia ini berakhir hingga 1940. Karena semenjak, tentara Jepang datang ke Indonesi, masyarakat Jepang dipulangkan ke daerahnya. Selain itu masyarakat Jepang pada masa itu juga kerap dianggap mata-mata Jepang.
Namun bagi Prof Aoki keberadaan gambar-gambar kartu pos yang dihadirkannya dalam buku penelitiannya berjumlah 288 halaman tersebut, menunjukkan hubungan Jepang dan Indonesia telah terjalin sejak dulu. Buku ini ditulis dalam dua bahasa yaitu Jepang dan Indonesia dan merupakan kerjasama antara Pusat Studi Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Unpad dan baru bisa di dapatkan pada awal Maret 2017 mendatang.[]