Oleh: Dina Yulianti*
Foto-foto beberapa anak muda yang berlari dalam sebuah pertandingan, yang dibagikan di sebuah grup WA, menarik perhatian saya. Menarik, karena mereka menggunakan kaos dengan gambar bendera Palestina. Bahkan, setelah mereka memenangkan pertandingan itu, uang hadiah yang mereka dapatkan, disumbangkan untuk warga Gaza yang saat ini mengalami penderitaan yang amat-sangat tragis.
Rupanya, anak-anak muda itu adalah santri komunitas tahfidz (penghafal Qur’an) yang diasuh oleh Abah Kemal dengan cara yang unik, yaitu dibiasakan untuk berlari. Dengan kata lain, para santri, selain melakukan aktivitas keagamaan, juga digembleng fisiknya melalui olah raga lari. Abah Kemal mendapati bahwa setelah fisik para santri terlatih, kemampuan mereka dalam menghafal Al Qur’an juga meningkat pesat. Semula, dalam sehari mereka menghafal 2 halaman, kini menjadi 4 halaman per hari.
Selain menghafal Al Qur’an, kegiatan para santri adalah mempelajari berbagai life skill seperti pertanian, mengelas, wirausaha, dan keorganisasian. Para santri mampu mengelola kegiatan Jumat Barokah, yaitu menyediakan makanan gratis setiap hari Jumat sebanyak 400 bungkus untuk dibagikan kepada warga yang membutuhkan.
Abah Kemal kemudian mendirikan komunitas Santri Runner, yaitu sebuah komunitas yang punya misi meningkatkan kesadaran para santri akan pentingnya olahraga, terutama lari. Metode pelatihan lari untuk para santri ini dilakukan dengan mengikuti modul yang dibuat oleh trainer profesional. Metode ini juga ditularkan Abah Kemal ke pesantren-pesantren mitranya. Kini, totalnya, ada 30 santri yang sudah menjadi pelari, empat di antaranya sudah menjadi atlet lari dan dua di antaranya sudah berhasil masuk ke gelanggang pertandingan profesional.
Dikutip dari community profile-nya, Komunitas Santri Runner memiliki visi mencetak santri penghafal Qur’an di Indonesia yang kuat, sehat dan berdaya. Untuk mencapai visi itu, ada sejumlah misi yang dijalankan, yaitu menyelenggarakan pelatihan mengenai cabang olaharaga lari kepada santri seluruh pesantren di Indonesia, menyelenggarakan even yang menggerakkan para santri untuk melakukan olahraga lari dengan tetap menjadikan hafalan Qur’an sebagai motivasi, serta mengikutsertakan santri runner pada perlombaan lari tingkat lokal hingga internasional. Cita-cita Abah Kemal ke depannya adalah menyelenggarakan lomba lari virtual di antara berbagai pesantren se-Indonesia, agar kebiasaan berolahraga lari semakin menyebar luas di kalangan santri.
Bersambung ke halaman selanjutnya –>