
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kembali mengutuk keras serangan udara Israel di Jalur Gaza yang menewaskan ratusan warga sipil, termasuk banyak anak-anak. Juru bicara PBB, Stephane Dujarric mengatakan bahwa kekerasan tersebut menunjukkan krisis kemanusiaan yang semakin parah di wilayah tersebut.
Serangan itu terjadi pada Selasa (28/10), menargetkan wilayah Gaza City, Khan Younis, dan Deir al-Balah. “Sekretaris Jenderal mengutuk keras pembunuhan warga sipil di Gaza kemarin akibat serangan udara Israel, termasuk banyak anak-anak,” ujar Dujarric dalam pernyataan resminya, Rabu (29/10).
Tindakan tersebut disebut sebagai balasan atas dugaan pelanggaran gencatan senjata oleh Hamas setelah insiden yang menewaskan seorang tentara Israel di Rafah. Padahal, gencatan senjata antara Israel dan Hamas sudah disepakati sejak 10 Oktober berdasarkan rencana perdamaian yang diusulkan Presiden AS Donald Trump.
Kesepakatan itu mencakup pertukaran sandera dan tahanan, serta bantuan untuk rekonstruksi Gaza.Namun, harapan perdamaian itu kembali runtuh. Perdana Menteri sekaligus Menteri Luar Negeri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani, menyebut pelanggaran gencatan senjata kali ini sangat mengecewakan.
Ia juga menegaskan bahwa Qatar akan terus berusaha menjaga agar gencatan senjata tetap berjalan. “Pelanggaran kemarin, sejujurnya, sangat mengecewakan dan membuat frustrasi bagi kami. Kami segera melakukan koordinasi penuh dengan AS setelah kejadian ini,” ujar Al-Thani.
Meski pihak Israel menyalahkan Hamas, kelompok tersebut membantah melakukan serangan di Rafah. “Kami belum dapat memastikannya. Kami belum memiliki verifikasi apakah ini benar atau tidak,” tambahnya.
Bersambung ke halaman selanjutnya –>






