More

    Dosen ITS Ciptakan Baterai Lithium Dari Lumpur Lapindo

    Ahmad Fauzan Sazli

    06 01 2014 Lumpur Lapindo 02

    Ilustrasi / FOTO : martasuzan.wordpress.com

    - Advertisement -

    SURABAYA, KabarKampus – Lumpur Lapindo telah mendatangkan musibah bagi masyarakat Porong, Sidoharjo. Pasalnya lumpur yang meluap karena kegiatan pengeboran pada tahun 2006 lalu oleh PT Lapindo Brantas ini telah menenggelamkan kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian di tiga kecamatan di sekitarnya.

    Dari tangan Dr Lukman Noerochim ST MSc MEng dan Dr Ir Amien Widodo MS, lumpur panas tersebut disulap menjadi baterai Lithium. Untuk menyulap lumpur tersebut, mereka memanfaatkan alat pengekstraksi Lithium yang diciptakan sendiri.

    Adapun riset terhadap semburan lumpur Lapindo ini berawal dari keinginan Amien Widodo yang menjabat sebagai Kepala Pusat Studi Bencana ITS untuk memanfaatkan lumpur tersebut. Ia kemudian menggandeng Lukman Noerochim sebagai partner risetnya.

    Lukman Noerochim menjelaskan,  setelah beberapa kali melakukan pengujian, mereka menemukan sesuatu yang menarik dalam komponen penyusun lumpur panas Lapindo. Di dalam lumpur tersebut, terdapat kandungan Lithium yang jumlahnya 70 kali lebih besar dibandingkan dengan yang biasa ditemukan di air laut.

    “Kandungan Lithium pada lumpur ini benar-benar bisa kita manfaatkan,” ungkapnya.

    Penemuan ini kemudian membawa mereka untuk menciptakan sebuah baterai lithium dari lumpur lapindo. Alat tersebut berupa membran yang mampu mengekstrak dan mengolah kandungan Lithium pada lumpur. Hasil estrakan tersebut nantinya dapat digunakan sebagai katoda untuk pembuatan baterai.

    Menurut Lukman, sistem kerja dari membran itu sendiri cukup sederhana. Alat yang mengandung Lithium-Mangan-Dioksida ini hanya tinggal dicelupkan ke dalam lumpur. Kemudian, membran akan bekerja secara otomatis menyerap kandungan Lithium yang ada pada lumpur.

    Rencananya, pada 2014 ini, penelitian akan dilanjutkan menuju arah produksi baterai Lithium siap pakai. Hal itu dilakukan mengingat konsumsi baterai Lithium cukup besar. Di samping itu, masyarakat Indonesia juga masih belum mandiri dalam hal pembuatannya.

    Ia menambahkan, penelitian ini memang ditujukan untuk mencari nilai guna dari lumpur panas Sidoarjo. Akan tetapi, maksud lain yang tidak kalah penting ialah mengajak pihak-pihak tertentu untuk memikirkan solusi tepat atas musibah yang menimpa masyarakat Sidoarjo tersebut.

    “Penelitian ini kami harap bisa memicu pihak lain untuk ikut menyelesaian masalah lumpur Sidoarjo dengan segera,” ungkapnya.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here