More

    War on Terror AS Tumbuhkan Ekstremis di Asia Tenggara

    Frino Bariarcianur

    Puing-puing Sari Club di Legian Kuta Bali menjadi saksi serangan terorisme di Indonesia yang terjadi 12 Oktober 2002. FOTO : FRINO BARIARCIANUR

    - Advertisement -

     

    YOGYAKARTA, KabarKampus—Perang terhadap terorisme yang digaungkan negara Paman Sam (AS) tidak hanya mengurangi ancaman tapi juga menumbuhkan ekstremis.

    Pernyataan tersebut disampaikan oleh peneliti dari Indonesian Consortium for Religious (ICRS) Dicky Sofjan. Menurutnya kebijakan Amerika mengenai War on Terror juga mendorong tumbuhnya kelompok-kelompok ekstremis di Asia Tenggara.

    Hal ini dapat dikaji dari sejumlah fenomena di kawasan Asia Tenggara, diantaranya semakin berperannya agama dalam kehidupan bernegara dan berbangsa. Sayangnya menurut Dicky, negara belum melakukan kerjasama yang baik dengan kelompok agama.

    Gerakan kelompok-kelompok agama pula mengalami stigma teroris.

    “Dalam beberapa kasus, kurangnya kerja sama antara negara dan agama sering menimbulkan konflik kepentingan,”kata Dicky seperti dilansir UGM.ac.id dalam diskusi Planning Workshop bertema “Engaging Southeast Asia : religion Affairs and Roreign Policy” di Jogajakarta Plaza Hotel, 19-20 Oktober 2012.

    Ia berpendapat saat ini negara tak bisa menepis kekuatan kelompok-kelompok agama dalam pemerintahan. Ia bahkan melihat agama merupakan kekuatan yang harus diperhitungkan, khususnya dalam pembuatan kebijakan, baik dalam negeri maupun luar negeri.

    Jika negara bisa melihat fenomena ini dengan jernih maka tidak terjadi gesekan antara pemerintah dan kelompok keagamaan dalam masyarakat.

    Planning Workshop ini diikuti oleh peneliti, ahli dan akademisi dari sejumlah negara ASEAN, diantaranya Indonesia, Malaysia, Singapura, Thauland, Vietnam dan Filipina. Berikutnya workshop akan dilanjutkan di Boston, AS pada tanggal 12 November 2012.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here