ABC AUSTRALIA NETWORK
Jano Gibson
Penyiar berdarah pribumi memprotes kebijakan pengelola sebuah pusat pertokoan di Darwin Selatan yang menerapkan tarif penggunaan kamar toilet senilai 2 dollar. Kebijakan itu dinilainya berbau rasis, karena diduga ditujukan bagi warga Aborigin yang berkunjung ke pusat pertokoan tersebut.
Tiga Bayles, pembawa acara di stasiun Radio Brisbane 98.9 FM, yang juga Ketua Asosiasi Komunikasi Warga Pribumi Australia menggunakan siaran nasional di stasiun radionya untuk menyuarakan protes kepada otoritas Kota Katherine di Negara Bagian Teritori Utara terkait kebijakan yang disebutnya berbau rasisme.
Setelah berkunjung ke Kota Katherine pekan lalu, Tiga Bayles bercerita kepada pendengarnya kalau dirinya terkejut mengetahui salah satu pusat pertokoan di kota itu, yang berjarak sekitar 300 km dari Selatan Kota Darwin, mengenakan tarif 2 dolar kepada pengunjung yang hendak menggunakan fasilitas kamar kecil.
Tiga Bayles menyakini kebijakan tarif tersebut ditargetkan bagi warga pribumi.
“Kota Katherin sangat rasis, Anda bisa merasakan rasisme di Kota itu, sangat jelas terlihat mata ketika Anda berkendara, berjalan kaki atau ketika Anda membeli kopi di Kota itu,” tuturnya.
“Saya yakin kebijakan yang membuat kamar kecil tetap terkunci ini ditujukan bagi warga Aborigin. Warga asli negara ini,”
Walikota Kota Katherin, Fay Miller langsung membantah pendapat Tiga Bayles.
“Saya tidak suka dengan orang yang berkunjung lalu membuat komentar meremehkan hanya berdasarkan pengalaman 5 detik Mereka di Kota Kami,” tegasnya.
Fay Miller mengatakan kebijakan tarif 2 dolar bagi penggunaan kamar kecil di pusat perbelanjaan yang dimaksud berlaku untuk semua pengunjung. Dan kebijakan itu sudah berlangsung selama beberapa waktu.
“Sepengetahuan Saya , semua pengguna fasilitas kamar kecil itu memuji betapa bagus dan bersihnya toilet berbayar tersebut.”
Fay Miller mengatakan Ia sudah menyurati manajemen pengelola pertokoan itu untuk menurunkan tarif kamar kecil menjadi 1 Dolar saja.
Sementara itu, pihak pengelola pertokoan juga membantah keberadaan toilet berbayar mereka disebut berbau rasis.
Pemilik sekaligus juru bicara pertokoan tersebut, Brandon Phillips, mengatakan kebijakan itu untuk memastikan kamar kecil tersebut tetap bersih bukan diskriminatif.
“Kami sama sekali tidak bermaksud bersikap diskriminatif pada siapapun,” bantahnya.
“Tarif itu semata ditujukan untuk memastikan pertokoan Kami menyediakan fasilitas kamar kecil yang bersih dan sehat bagi semua pengunjung. Toilet itu didesain untuk memberikan lingkungan yang bersih dan aman yang menurut Kami menguntungkan semua orang.”
“Kami pihak pengelola menyadari situasi sulit ini dan telah bermaksud mengevaluasi tarif tersebut.” jelas Brandon Philips. []
SUMBER : RADIO AUSTRALIA