More

    Alumni FIB UI Kecam Salihara Membodohi Publik

    Frino Bariarcianur

    Salah satu bangunan di Komplek Salihara, Jalan Salihara, Pasar Minggu, Jakarta
    Salah satu bangunan di Komplek Salihara, Jalan Salihara, Pasar Minggu, Jakarta. FOTO : SALIHARA

    DEPOK, KabarKampus-Solidaritas Alumni Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) mengecam sikap Salihara yang telah membodohi publik dalam kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh penyair Sitok Srengenge di Jakarta.

    Pernyataan tersebut disampaikan oleh Wisnu Surya Pratama, alumni Sastra angkatan 96,  yang mewakili Solidaritas Alumni FIB UI.

    - Advertisement -

    Menurut Wisnu dan para alumni FIB UI, Sitok Srengenge telah menyalahgunakan nama institusi Salihara. Namun sayangnya berdasarkan pengamatan Alumni FIB UI, Salihara telah sangat menyepelekan masalah yang ditimbulkan oleh Sitok Srengenge, yang membawa nama Salihara dalam melakukan kekerasan terhadap perempuan.

    “Ketika peristiwa itu terjadi, Salihara tidak melakukan sikap yang berpihak kepada korban. Investigasi yang dilakukan Salihara tidak fair!” kata Wisnu saat dihubungi KabarKampus melalui telepon, Jumat siang (06/12/2013).

    Salihara adalah komunitas kebudayaan yang memiliki visi “Bersama Publik Merawat Kebebasan”. Pendirinya adalah Goenawan Mohamad, mantan pemimpin redaksi majalah Tempo yang legendaris. Selain itu ada Ayu Utami, Hasif Amini, Moh. Guntur Romli, Nirwan Dewanto, dan lain-lain. Tidak heran bila Salihara menjadi tempat nongkrong para sastrawan, penyair, perupa, aktivis, penulis dan juga jurnalis. Salihara aktif mementaskan sejumlah kegiatan seni dan budaya. Salah satu kegiatan andalannya adalah penyelenggaraan Bienal Sastra Salihara. Di Salihara, Sitok Srengenge merupakan salah satu dewan kurator.

    Dalam kasus kekerasan seksual yang menimpa salah satu mahasiswa UI, berdasarkan pengamatan Solidaritas Alumni FIB UI, Salihara yang mengklaim diri hendak “Bersama Publik Merawat Kebebasan”, nyata-nyata melakukan pembiaran atas tindakan kekerasan seksual yang dilakukan seorang kuratornya. Tindakan tersebut merupakan pengkhianatan terhadap kebebasan sehingga jelas bahwa Salihara telah gagal merawat kebebasan di dalam lingkungan lembaga itu sendiri.

    “Kami mengecam keras tindakan sebagian anggota Salihara yang membodohi publik dengan mengkampanyekan bahwa tindakan tersebut adalah tanggung jawab individu yang terlepas dari institusi, dengan hanya berpijak pada pengakuan Sitok Srengenge tanpa mendengar kesaksian korban.”

    Sitok Srengenge telah melakukan tindakan yang sangat melukai, merugikan, bahkan merusak masa depan korban. Sitok pula sempat menghindari tanggungjawab dan mencoba membungkus kejahatannya sebagai tindakan yang berlandaskan perasaan suka sama suka.

    Kasus kekerasan seksual terhadap salah satu mahasiswi UI mencuat ketika korban yakni RW bersama pendamping hukum melaporkan peristiwa ke Polda Metro Jaya. Korban tengah hamil 7 bulan dan mengalami depresi serta sempat ingin bunuh diri.

    Saat ini Solidaritas Alumni FIB UI terus melakukan pendampingan terhadap korban. Alumni mendukung penuh korban sampai pelaku mendapatkan ganjaran atas perbuatannya. Para alumni berharap RW dapat terus beraktivitas di lingkungan UI tanpa mengalami diskriminasi. []

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here