Mega Dwi Anggraeni
BANDUNG, KabarKampus-Setiap tanggal 1 Desember, seluruh warga dunia memperingati hari HIV/AIDS. Peringatan dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari long march sampai acara diskusi bertema HIV/AIDS. Tapi seperti apakah pemahaman mahasiswa Bandung soal HIV/AIDS?
Menurut Nunu, 21 tahun, peringatan HIV/AIDS penting untuk mengubah paradigma masyarakat. Terutama mereka yang masih melakukan diskriminasi kepada ODHA (orang dengan HIV/AIDS).
“Peringatan ini juga penting supaya orang lebih peduli pada penyakit ini. Bagaimana penularannya, bagaimana pencegahannya, sukur-sukur yang suka free sex sembarangan dan tukeran jarum suntik bisa berhenti dan engga melakukan hal itu lagi,” kata mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Maranatha ini.
Perempuan yang menjadi peserta Master Chef Indonesia ke-3 ini juga mengatakan, fakultasnya suka menggelar acara untuk memperingati hari AIDS. Salah satu kegiatannya berupa diskusi interaktif.
Pemahaman Nunu terkait penularan Human Immunodeficiency Virus pun cukup banyak. Dia hanya kurang yakin dengan nyamuk yang dianggap beberapa orang sebagai salah satu penyebar virus HIV/AIDS.
“Mungkin bisa menular, eh tapi kan nyamuk hidupnya cuma sebentar ya? Kalau sudah kekenyangan minum darah, dia bakal mati. Jadi kayaknya engga menular deh,” katanya.
Windaningrum Puspita Dewi, 19 tahun juga memiliki pemahaman serupa dengan Nunu. Menurutnya peringatan hari HIV/AIDS juga penting dilakukan untuk memotivasi penderitanya.
Tetapi beberapa orang menanggap, seluruh cairan tubuh seperti keringat dan air liur dari penderita HIV/AIDS juga bisa menularkan virus. Sehingga ada ketakutan untuk menggunakan barang serta bersentuhan dengan penderita HIV/AIDS.
Mahasiswi Desain Komunikasi Visual Unikom Bandung ini mengaku hanya mengetahui sedikit informasi terkait HIV/AIDS. Itupun, lanjutnya didapat saat dia masih duduk di bangku SMA.
“Cuma yang banyak diketahui orang saja, seperti penularannya bisa melalui hubungan seks, dan penggunaan barang bersama-sama kayak jarum suntik dan alat makan karena air liur juga bisa menularkan virus,” paparnya.
Dalam seminar pendek Cross Talk HIV/AIDS beberapa waktu lalu, Dokter Chadidjah Thaib,
Tim Asistensi Komisi Penanggulangan AIDS (KPA), menegaskan HIV/AIDS bisa menyebar melalui beberapa hal. Di antaranya, jarum suntik, cairan sperma dan vagina, ASI dari ibu yang terinveksi HIV.
“Ketika virusnya cukup, maka penyebaran itu baru terjadi,” kata Chadidjah Thaib.
Berdasarkan data dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Jabar, jumlah penderita HIV setiap tahun makin bertambah. Dari bulan Oktober hingga Desember 2012, sebanyak 6.139 orang dilaporkan baru terinveksi HIV Porsentase tertingginya terdapat pada kelompok usia 25-49. Selanjutnya pada usia 50 tahun keatas, dan yang terakhir usia 20-24 tahun. []