More

    Para Peneliti Ragukan Hipotesis Situs Gunung Padang

    Penggalian di situs Gunung Padang. Foto : AHMAD FAUZAN
    Penggalian di situs Gunung Padang. Foto : AHMAD FAUZAN

    BANDUNG, KabarKampus – Sejumlah peneliti meragukan  hipotesis dari Tim Terpadu Mandiri tersebut yang menyebutkan Gunung Padang disinyalir sebagai piramida megah yang dibangun nenek moyang orang Indonesia. Mereka juga meragukan mengenai hipotesis yang menyebutkan di dalam perut gunung pada terdapat emas.

    Salah satunya adalah dari Prof. Dr. Hj. Nina Herlina Lubis, M.S Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unpad.

    Prof Nina mengatakan, ia meragukan hopotesis tersebut berasal dari analisis yang tidak ilmiah, yaitu diyakini melalui wangsit yang diterima oleh anggota dari organisasi organisasi “Turangga Seta”, sebuah organisasi yang menginisiasi penelitian di Gunung Padang.

    - Advertisement -

    “Situs Gunung Padang merupakan punden berundak, tempat ritual manusia prasejarah di Jawa Barat,” kata Prof Nina dalam Seminar Nasional “Gunung Padang dan Permasalahannya” di Aula Pusat Studi Bahasa Jepang kampus FIB Unpad Jatinangor, Selasa (07/10/2014).

    Selanjutnya Prof Nina melihat, ekskavasi yang dilakukan tim yang juga melibatkan beberapa instansi ini dilakukan tidak sesuai dan cenderung merusak situs. Hal inilah yang menjadikan penelitian tersebut banyak menuai kritikan.

    “Kita tidak bisa melakukan penelitian dengan cara yang tidak ilmiah dan tidak benar,” tegasnya.

    Keraguan lain pun muncul dari kalangan para arkeolog dan geolog. Prof. Soetikno Bronto dari Pusat Survei Geologi Bandung menyatakan, Gunung Padang secara geologi merupakan sisa dari gunung api purba. Pada waktu itu, Jawa Barat didominasi oleh banyaknya gunung api aktif.

    Ia menjelaskan, hal ini dikuatkan dengan adanya dua sesar yang melintang di Gunung Padang, yakni sesar Cimandiri dan Sesar Gede-Cikondang. Dua sesar tersebut tepat melintang di atas Gunung Padang. Hal ini menyebabkan kawasan di sekitar Gunung Padang rawan mengalami gempa tektonik dan longsor hingga sekarang.

    Prof. Soetikno pun mengusulkan adanya pelestarian mengenai keberadaan situs dengan melakukan penelitian yang mengarah kepada penanggulangan gempa. Jenis batuan di Gunung Padang pun tergolong poligonal.  Jenis ini, lanjut Prof. Soetikno, merupakan produk alami dari alam akibat lava yang keluar saat gunung meletus. Selain itu, adanya tiang-tiang heksagonal di kawasan situs juga diakibatkan oleh bentukan alam.

    Hal tersebut dibenarkan oleh Prof. Adjat Sudrajat, Guru Besar FTG Unpad. Ia menganggap keyakinan adanya piramida adalah tidak benar. “Anda bisa lakukan penelitian sendiri di Gunung Padang dan lihat struktur dan jenis batuannya. Anda dapat mengambil simpulan,” papar Prof. Adjat.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here