
Pada 18 Juni 2014 lalu perkampungan Dolly sebagai pusat prostitusi di Surabaya akhirnya ditutup. Penutupan Dolly ini tentunya setelah melalui perdebatan panjang dari warga Dolly, salah satunya adalah kekhawatiran akan hilangnya sumber penghasilan warga daerah Kecamatan Putat Jaya ini.
Bagi pemuda Surabaya yang mendukung penutupan Dolly, penutupan ini tak lantas begitu saja membuat mereka puas. Mereka kemudian membuat sebuah gerakan untuk merehabilitasi kampung Dolly.
“Awalnya dulu kita sekedar dukung Bu Risma, Walikota Surabaya untuk menututup lokalisasi. Namun setelah ditutup, kami para pemuda yang sebagian besar aktivis, tidak puas dengan hanya sekedar setuju Dolly ditutup. Harus ada sesuatu yang kami lakukan,” kata Dalu Nuzlul Kirom, S.T Pendiri dan Ketua Yayasan Gerakan Melukis Harapan.
Kemudian kata Dalu, dari sana mereka menganalisis mengenai perputaran ekonomi di Dolly. Karena perputaran ekonomi di Dolly ketika itu cukup besar. Mereka kemudian bercita-cita membuat kampung Dolly kembali ramai dan memiliki perputaran uang yang besar, dengan cara berbeda.
“Dulu kami memaknainya Dolly sebagai tempat wisata. Tapi wisata negatif. Sehingga yang ada dipikirkan kami, yang memungkinkan untuk Dolly itu adalah tempat wisata. Jadi kami ingin membuat Dolly jadi tempat wisata” tutur Dalu.
Dari sana, Dalu dan kawan-kawan turun ke kampung Dolly dengan misi menjadikan Dolly sebagai kampung wisata. Kampung wisata yang mereka inginkan adalah kampus wisata tematik, yakni di sana menjadi tempat sentra makanan, pusat oleh-oleh, wahan edukasi, sampai museum napak tilas Dolly.
Namun, sebelum menejalankan misi menjadikan Dolly sebagai kampung wisata. Para pemuda Surabaya ini melakukan sejumlah pendekatan sosial kepada kepada masyarakat Dolly. Diantaranya adalah dengan mengajar anak-anak, mengadvokasi anak-anak agar bisa meneruskan sekolah, dan mengadakan pengobatan geratis.
Selain itu, mereka juga memberikan pelatihan kepada para warga Dolly baik mucikari atau warga biasa yang ingin berubah. Tak hanya pendekatan sosial, mereka juga membantu menjual sejumlah produk buatan masyarakat Dolly dengan cara mengemasnya menjadi lebih baik baik sehingga mudah dijual. Produk yang dihasilkan itu antara lain kue kering, telur asin dan juga batik.
“Ini semua kami lakukan untuk mendukung mimpi besar kami, yaitu ingin menjadikan kampung Dolly sebagai kampung wisata yang tematik,” ungkapnya.
Menurut Dalu, mereka mencicilnya sejak sekarang. “Harapan kami setelah ini, mampu menuhi beberapa kreteria untuk menjadi satu sentrausaha dan tempat kuliner bersama tersebut, “jelas Dalu.
Bagi Dalu dan kawan-kawan mereka optimis dapat melalukan perubahan bersama. Karena dalam gerakan ini mereka tidak menganggap para warga Dolly bukanlah objek melainkan subyek. “Jadi di sana sama seperti kami, mereka adalah penggerak,” kata Dalu.
Gerakan yang Dalu dan kawan-kawan buat ini dinamakan Gerakan Melukis Harapan. Para pemuda yang terlibat ada sekitar 80 orang. Mereka terdiri dari berbagai profesi mulai dari mahasiswa dari berbagai kampus di Surabaya seperti kampus ITS, Unesa, dan Unair, para alumni dari kampus tersebut, perawat, PNS dan sebagainya[]