BANDUNG, KabarKampus – Kiprah alumni ITB tak perlu diragukan lagi. Alumni salah satu perguruan tinggi tertua di Indonesia ini telah berkiprah baik di kancah nasional maupun internasional.
Namun ada yang menarik dalam penelitian tracer study atau studi penelusuran alumni yang dilakuan pada alumni ITB angkatan 2008. Melalui penelusuran terhadap sekitar 2600 alumni, mereka menemukan hampir sebanyak 40 persen responden sering berpindah kerja dalam waktu dua hingga tiga tahun setelah lulus.
“Ini yang bisa jadi perhatian alumni ITB. Mereka kutu loncat cukup tinggi, dalam waktu 2 – 3 tahun, alumni ITB bisa pindah 2-3 kali,” kata Dr. Miming Miharja, ST., M.Sc. Eng., General Adminitration, Alumni, and Communication ITB dalam sambutannya pada pembukaan ITB Integrated Career Days 2016, Jumat, (08/03/2016).
Ia menuturkan, fenomena ini sebenarnya masih dalam situasi normal. Misalnya, karena ketika masuk kantor, ekspekasinya tidak sesuai. Ternyata dia tidak cocok dengan situasi hirarkis dan lebih menyukai egalitarian.
“Ini wajar, karena itu kami menghimbau kepada alumni ITB lebih cermat diawal dalam memilih kerja dan mencari informasi lebih lengkap. Kalau paham diawal, peluang ketidakcocokan itu bisa diketahui dari awal,” ungkap Dr. Miming.
Dalam kesempatan itu juga ia menghimbau kepada alumni ITB agar berpikir matang dalam mencari pekerjaan. Kemudian di sisi lain, kepada pimpinan perusahaan Dr. Miming meminta bersabar dengan lulusan ITB.
“Lulusan ITB ada karakteristik seperti itu, ini yang jadi perhatian kami,” ungkap Dr. Miming.
Selain kutu loncat, dalam riset tersebut, ITB juga mendapati sebanyak 26 persen alumni ITB bekerja tidak sesuai jurusan. Namun kata Dr. Miming, ini bukan bertanda negatif.
“Karena lulusan ITB memiliki dua keahlian yaitu soft skill dan spesifik skill. Kemampuan softskillnya itu bisa menjadikannya managerial,” ungkapnya.[]