Telepon Seluler atau Ponsel saat ini menjadi bagian penting dalam kehidupan seseorang. Tidak hanya orang dewasa, remaja dan anak-anak pun tidak lepas dari benda yang bisa memudahkan komunikasi tanpa batasan jarak dan waktu dengan orang lain tersebut.
Namun penggunaan ponsel secara berlebihan, menghasilkan polusi elektromagnetik bagi kesehatan manusia. Gelombang ini terbukti menurunkan fungsionalitas spermatozoa manusia secara in vitro alias bisa membuat kesuburan pria menurun.
“Paparan radiasi gelombang elektromagnetik radiofrekuensi ponsel terbukti menurunkan kualitas dan fungsionalitas spermatozoa manusia secara in vitro,” tegas dr. Isna Qadrijati, M.Kes., saat ujian terbuka program doktor di Fakultas Kedokteran (FK) UGM, Kamis kemarin (12/05/2016).
Dalam penelitian Isna, ia menggunakan spermatozoa dari ejakulat pria yang dinyatakan sehat. Kemudian sperma tersebut diberikan perlakuan berupa paparan radiasi ponsel secara akut dan kronik dengan tingkat paparan radiasi elektromagnet pada tubuh (SAR) 2W/kg dan 5,7 W/kg selama satu jam dan dua jam. Hasilnya menunjukkan bahwa semakin lama dan besar paparan radiasi gelombang elektromagnetik radiofrekuensi ponsel makan akan semakin rendah pula kualitas dan fungsionalitas spermatozoa secara invitro dibandingkan sperma yang tidak diberikan perlakuan.
“Kualitas sperma meliputi konsentrasi, motilitas, morfologi menurun. Demikian halnya dengan fungsionalitas sperma juga menurun baik apoptosis maupun jumlah kalsium intraselulernya,” tutur dosen Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret ini.
Isna menuturkan, paparan radiasi gelombang elektromagnetik ponsel ini juga berpengaruh terhadap ekspresi Voltage-gated ca2+ channels (VGCC) pada sperma. Paparan radiasi ini menghambat ekspresi VGCC pada sperma dalam bentuk penutupan kanal kalsium.
“Semakin sedikit ekspresi VGSS yang diperoleh berarti semakin sedikit kanal kalsium yang bersifat terbuka sehingga kualitas dan fungsionalitas sperma semakin rendah,” jelasnya.
Isna menghimbau, agar meminimalkan risiko penurunan kesuburan pada kaum pria, masyarakat untuk tidak menggunakan ponsel secara berlebihan. Sementara bagi industri ponsel diharapkan bisa memproduksi jenis ponel yang memiliki nilai SAR rendah.
“Pemerintah, khususnya Departemen Kesehatan, harapannya bisa mengeluarkan peraturan untuk mengurangi risiko terkait penggunaan ponsel ini,” katanya.[]