BANDUNG, KabarKampus – Forum Komunikasi Kader Konservasi Indonesia (FK3I) Pusat menilai nasib Macan Tutul Jawa masih belum jelas. Hal ini terkait dengan penangkapan Macan Tutul Jawa Berjenis Jantan yang kemudian dievakuasi ke Kantor KSDA.
Penangkapan Macan Tutul Jawa berjenis Jantan Remaja yang oleh warga di Kp.Sindang Mukti Dusun Cikupa Desa Cikupa Kabupaten Ciamis berlangsung pada tanggal 5 Oktober 2016. Sejumlah warga menangkap Macan Tutul tersebut dengan menggunakan kandang perangkap milik pribadi. Kemudian setelah tertangkap dipindah ke kandang etalase yang juga mereka miliki.
Macan Tutul kemudian disandera dan dipertontonkan kepada warga ramai dengan dipungut tiket sebesar 5.000 rupiah dan 10.000 pada hari Sabtu. Selanjutnya baru dievakuasi ke kantor KSDA Bidang Ciamis pada 8 Oktober 2016 malam.
Namun sebelumnya, perwakilan kelompok masyarakat tidak mau menyerahkan Macan Tutul dan meminta konpensasi sejumlah uang sebagai tebusan ganti rugi. Warga juga menyatakan uang tiket tontonan warga tersebut digunakan untuk pakan.
“Kejadian tersebut harus menjadi catatan penting bagi BBKSDA Jabar dan KLHK, disamping Macan Tutul sebagai satwa liar yang terancam punah ada beberapa hal yang perlu diselidiki dan dilakukan upaya sosialisasi dan mitigasi Konflik,” kata Dedi Kurniawan, Koordinator FK3I Pusat, Senin, (10/10/2016).
Dedi mengungkapkan, kondisi macan terakhir terlihat sangat baik, tidak ada tanda tanda luka luar dan cukup sehat, namun terlihat sangat stress. Infomasi lainnya macan tersebut mengalami dehidrasi.
“Namun hal itu saya harap dapat segera diatasi oleh para dokter hewan dan segera mencari lokasi pelepasliaran yang cocok. Jangan sampai macan tutul tersebut berakhir di kebun binatang atau TSI,” ungkapnya.
Menurut Dedi, Macan Tutul tersebut harus segera dilepasliarkan, jangan terlalu lama berada di kantor KSDA Ciamis dan jangan terlalu lama berada di lembaga konservasi. Hal tersebut bisa membuat macan tutul berakhir selamanya sebagai pajangan dan tontonan, tak ubahnya sekelompok warga tersebut.
“Jika warga secara ilegal mempertontonkan, tapi TSI atau kebun binatang legal mempertontonkannya karena payung baju lembaga konservasi, itu sama saja keluar mulut buaya, masuk mulut harimau,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Forum Komunikasi Kader Konservasi Indonesia Mendesak agar BBKSDA Jawa Barat tahun depan tidak hanya fokus satwa primata dan Elang Jawa saja. Namun juga terhadap terhadap satwa macan. Selain itu mereka menginginkan BBKSDA, Perhutani, Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Kabupaten Ciamis memperhatikan beberapa kejadian konflik macan dengan masyarakat tersebut dan dilakukan kajian sosek yang mendalam.[]