JATINANGOR, KabarKampus-Kegiatan riset yang kurang mengakibatkan Indonesia masih lemah dalam bidang teknologi mutakhir. Maka negara harus memikirkan riset di Indonesia.
Persoalan tersebut disampaikan oleh Prof. Ocky Karna Radjasa, Direktur Riset dan Pengabdian Masyarakat Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Indonesia, saat menjadi keynote speaker pada Seminar Nasional MIPA 2016 di Bale Sawala Unpad Jatinangor, Kamis (27/10/2016).
Menurut Prof. Ocky Karna Radjasa, riset perlu menjadi perhatian mengingat riset menjadi salah satu sub-index yang sangat diperhitungkan dalam Global Innovation Index. Berdasarkan Global Innovation Index, saat ini Indonesia berada di peringkat 88 dari 144 negara di dunia.
Sementara itu, jika melihat dari Global Competitiveness Report 2015-2016 berdasarkan World Economic Forum (WEF), daya saing Indonesia mengalami penurunan peringkat menjadi peringkat 37, dari peringkat 34 pada tahun lalu. Salah satu kelemahan Indonesia, adalah terkait kesiapan teknologi terkini.
“Jika dilihat fakta riset mengenai inovasi, sumber daya iptek belum memberikan sumbangan yang signifikan terhadap posisi indonesia terkait dengan daya kompetitif,” ungkap Prof. Ocky Karna Radjasa seperti dilansir Humas Unpad.
Untuk itu, pemerintah pun telah memberlakukan Peraturan Menteri Keuangan No. 106 tahun 2016, dimana pada tahun 2017 pertanggungjawaban riset akan berbasis output, sehingga peneliti tidak perlu dipusingkan lagi dengan pertanggungjawaban keuangan. Dengan demikian, diharapkan aktivitas riset di Indonesia akan lebih baik lagi. []