PADANG, KabarKampus – Universitas Andalas (Unand) memberikan gelar kehormatan Doktor Honoris Causan kepada Tan Sri Dato’ Seri Utama DR. Rais Yatim di Convention Hall Unand, Rabu (26/10/2016). Gelar kehormatan ini diberikan dalam rangka peringatan Lustrum ke-65 Fakultas Hukum Unand dan Lustrum ke-60 Unand.
Pemberian gelar Doktor Kehormatan ini karena DR. Rais Yatim dianggap sebagai pigur yang memiliki dasar atau karya yang luar biasa dalam mengembangkan hubungan baik bangsa dan negara Indonesia dengan Malaysia di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, seni sosial budaya, dan kemasyarakatan. Terutama dalam kaitannya mengembangkan hubungan kemasyarakatan serumpun Indonesia dan malaysia.
Disamping itu karya dan pemikiran yang dihasilkan Prof. Rais Yatim yang berlatar belakang pendidikan hukum telah berupaya melakukan harmonisasi serta mengebangkan konsep hukum tata negara dan hukum adat terutama hukum adat Minangkabau.
Seperti yang disampaikan tim promotor yang disampaikan Prof. Dr. Firman Hasan. Ia mengatakan Rais Yatim sebagai seorang yang menyadari betapa pentingnya membangun hubungan antar bangsa, maka dalam konteks masyarakat serumpun Indonesia-Malaysia. Hal tersebut terungkap dalam pemikiran-pemikiran yang dituangkan beliau melalui karya tulis, termasuk dalam bentuk pantun.
“Sesungguhnya bahasa, budaya dan agama lah yang lebih berupaya menyatukan kita dari segi sebenarnya–bukan politik atau teori-teori kemanusiaan yang lain,” kata Firman Hasan membacakan ungkapan yang disampaikan oleh Rais Yatim.
Selanjutnya kata Firman Hasan, seperti yang disampaikan Dr Firdaus Haji Abdullah, secara biologis Tan Seri Rais adalah orang Minangkabau tulen, sementara secara hukum dan politik kenegaraan beliau adalah warganegara Malaysia yang setia. Jika hendak diibaratkan menggunakan analogi “darah” dan “udara”, darah yang mengalir dalam tubuhnya adalah darah Minangkabau, sedangkan udara yang dihirupnya adalah udara Malaysia.
“Karena menyadari itulah barangkali beliau mengimpikan agar hubungan antara Indonesia dan Malaysia senantiasa bertambah erat dan produktif, baik dari segi politik dan ekonomi, lebih-lebih lagi dari segi sosial dan kebudayaan,” katanya.
Untuk mewujudkan itu menurut Firman, Tan Seri Rais telah melakukan berbagai usaha dan kegiatan melalui sejumlah saluran dengan memanfaatkan kesempatan dan kedudukannya sebagai seorang tokoh masyarakat yang berpengaruh serta pemimpin politik yang memiliki banyak jaringan. Ia juga dinilai sebagai seorang tokoh utama yang sangat gigih mempromosikan kesamaan dan persamaan yang konkrit di antara kedua negara serumpun ini.
Sementara itu, latar belakang pendidikan Rais Yatim di bidang hukum dan pengaruhnya dalam membangun karier politik serta menjalankan tugas-tugas pemerintahan dalam konteks hubungan Indonesia-Malaysia, telah memberikan makna dalam mendukung cita-cita masyarakat serumpun. Melalui berbagai karya, termasuk karya monumental Adat, the Legacy of Minangkabau, dapat dijadikan dasar untuk membaca berbagai gagasan Dr Rais Yatim untuk menata dan mengembangkan Adat Minangkabau.
Rais Yatim lahir di Kampung Gagu, Luak Jelebu, Negeri Sembilan, Malaysia pada tanggal 15 April 1942. Ayahnya ialah Muhammad Yatim dan Ibunya Siandam, berasal dari Nagari Palupuah, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Setelah mengakhiri tugasnya sebagai Menteri Kabinet pada 2013, YB Tan Sri Dato’ Seri Utama Dr Rais Yatim tetap dipercaya sebagai Penasehat Sosio-Budaya Kerajaan Malaysia (setingkat Menteri), kemudian juga dilantik sebagai Presiden Universiti Islam Antarabangsa Malaysia (UIAM). Dr Rais Yatim pernah menduduki berbagai jabatan Menteri di bawah lima orang Perdana Menteri Malaysia semenjak 1974 hingga 2013, mulai dari era pemerintahan Almarhum Tun Abdul Razak, Tun Dato’ Hussein Onn, Tun Dr. Mahathir Mohamed, Tun Abdullah Ahmad Badawi dan sekarang di bawah pemerintahan Dato’ Sri Mohd Najib bin Tun Abdul Razak.
Pada 17 Desember 2015 Dr Rais Yatim bersama Prof. Bagir Manan mendapat anugrah “Bintang Mahaputra Antara (Antara Award)” pada acara peringatan ulang tahun LKBN Antara yang ke 78. Tan Sri Rais dianugerahi atas kegiatan dan jasa-jasanya serta semangatnya yang tinggi dalam upaya membangun hubungan Malaysia Indonesia.
Beberapa karya tulis, yang juga dihasilkan oleh Tan Sri Rais, antara lain: Polar- polar Antropologi (1973); Faces of the Corridors of Power (1987); Executive Supremacy in Malaysia (1995); Zaman Beredar Pusaka Bergilir (2000); Jelebak- jelebu: Corat Coret Anak Kampung (2004); Cabinet Coverning in Malaysia (2006); Malaysia Cabinet: Reflecting on Cabinet Coverning (2011); Pantun & Bahasa Indah: Jendela Budaya Melayu (2013); Rais Yatim Meniti Badai Perjuangan (2013); Adat, The Legacy of Minangkabau (2015).[]