BANDUNG, KabarKampus – Bagi Herry Sutrisna atau yang akrab disapa Ucok Homicide, figur Munir yang ia kenal adalah figur yang menyatukan gerakan di masyarakat. Hal ini karena, Munir tidak hanya menyuarakan tentang pelanggaran Hak Asasi Manusia, namun juga menyuarakan hak ekonomi politik masyarakat.
“Bicara tentang Munir juga bicara tentang pemberangusan buruh, karena sejak awal Munir bicara itu. Bicara tentang Munir juga bicara orang yang dirampas tanahnya, bicara tentang konflik agraira, karena figur Munir juga bicara tentang itu,” kata Ucok dalam orasinya pada Aksi Kamisan di Bandung, Kamis, (07/09/2017).
Oleh karena itu, menurut Ucok, selain sudah menjadi keharusan kita menuntut kasus Munir selesai, yang lebih penting lagi adalah Munir dipakai untuk menyuarakan solidaritas yang sama. Mulai dari menyuarakan isu pemberangusan serikat buruh, politik upah murah, perampasan lahan yang sampai saat ini masih eksis dari rezim-ke rezim.
“Artinya ketika bicara Munir, kita juga bicara gerakan-gerakan yang tercerai berai. Gerakan yang solidaritasnya kita lupakan. Kita tidak sadar bahwa gerakan buruh punya semangat, punya irisan dengan gerakan petani di pedesaan dan sebagainya,” tambah Ucok.
Dalam kesempatan tersebut Ucok mengajak merenungkan setelah 13 tahun kematian Munir. Karena sudah seharusnya ada perubahan besar dalam solidaritas gerakan. Solidaritas gerakan yang lebih besar terhadap penindasan warga selama ini.
“Karena rezimnya bisa berganti, namun penindasannya tidak,” tutup Ucok.[]