More

    Peneliti Australia Ungkap Keterlibatan Militer dalam Peristiwa 1965

    Skema penumpasan PKI oleh berbagai komando militer yang dikendalikan Suharto seperti diuraikan Dr Jess Melvin.
    (Foto: ABC Australia/Farid M. Ibrahim)

    AUSTRALIA, KabarKampus – Dr Jess Melvin, seorang peneliti Australia mengungkap peristiwa pembunuhan massal tahun 1965-1966 di Indonesia. Hal tersebut merupakan hasil penelitiannya yang diterbitkan dalam buku berjudul “The Army and the Indonesian Genocide: Mechanics of Mass Murder” yang diluncurkan di Centre for Indonesian Law, Islam and Society, Rabu (18/4/2018) malam.

    Dr Jess Melvin berpendapat, pembunuhan massal 1965-1966 di Indonesia bukanlah hasil aksi spontan rakyat yang marah terhadap PKI.

    Berbeda dengan peneliti lainnya dengan topik pembunuhan massal 1965, ia berhasil menemukan hampir 3000 halaman arsip militer di Aceh.

    - Advertisement -

    Dr Jess Melvin meneliti pembunuhan orang yang dituduh anggota dan simpatisan PKI di Aceh hampir 10 tahun. Dalam penelitian tersebut, ia berhasil menemukan hampir 3000 halaman arsip militer di Aceh.

    Menurut Dr Jess yang menyelesaikan PhD-nya di Melbourne University pada tahun 2015 ini, pembunuhan massal tersebut dilakukan tersentralisasi secara nasional oleh pihak militer yang waktu itu di bawah kendali Soeharto. Ketika itu Suharto memimpin Kostrad dan menjadi Wakil Panglima KOTI.

    “Suharto mengendalikan semua komando militer yang menjalankan aksi yang mereka sebut penumpasan PKI, yang dituduh sebagai dalang Gerakan 30 September,” kata Peneliti yang kini menjadi Postdoctoral Fellow di Sydney University.

    Ia menguraikan, setelah mengambil-alih pimpinan Angkatan Darat, otomatis Suharto juga membawahi Kodam-Kodam dan RPKAD (kini Kopassus) yang waktu itu dipimpin Sarwo Edhi Wibowo. Aksi penumpasan PKI tersebut dilakukan oleh Kostrad di Jakarta, RPKAD di Jateng, Jatim dan kemudian Bali, KOTI di Kalimantan serta Kodam dan KOTI di Sumatera.

    Penelitian Dr Melvin menganalisa arsip militer yang di antaranya berisikan uraian pembunuhan secara terperinci. Arsip tersebut di antaranya menunjukkan rantai komando dari Suharto kepada pimpinan militer di Sumatra Jenderal Mokoginta sampai ke pimpinan militer di Aceh. Rantai komando itu kemudian diteruskan ke tingkat kabupaten dan seterusnya ke bawah.

    Arsip yang ditelitinya di antaranya menunjukkan adanya rapat-rapat untuk melakukan aksi penumpasan, yang melibatkan pimpinan militer dan kalangan sipil. Arsip itu juga menyebutkan jumlah yang dibunuh sebanyak 1.941 orang disertai lokasi penguburannya.

    “Ada juga arsip surat pembentukan Front Pembela Pancasila dan catatan pembagian senjata kepada warga sipil,” ungkapnya.

    Meskipun kasus studinya di Aceh, namun dia menemukan adanya pola-pola serupa yang terjadi di daerah lainnya.

    Bagaimana Dr Melvin mendapatkan arsip militer tersebut?

    Dr Melvin mendapatkan arsip tersebut dengan cara datang ke bagian arsip militer dan menanyakannya.  Langkah tersebut, bagi Dr Melvin sendiri, masih terngiang dengan jelas.

    “Saya ingat betapa gugupnya saya waktu itu,” katanya.

    Dalam sebuah diskusi, salah satu penanya mengemukakan, apakah dia tidak khawatir hasil risetnya ini justru akan membuat institusi militer di Indonesia menutup diri dan tak lagi mau memberikan akses kepada arsip-arsip mereka. Dr Melvin menjawab hasil penelitian ini justru harus disampaikan sehingga semuanya menjadi jelas.

    Selain itu menurut Dr Melvin mengatakan, sebenarnya Komnas HAM telah mengumpulkan bukti-bukti adanya genosida di tahun 1965 tersebut. Mereka menghasilkan laporan 800 halaman mengenai apa yang terjadi.

    “Penuturan saksi korban serta arsip-arsip resmi dari era tersebut, namun laporan ini tidak dipublikasikan,” katanya.

    Dr Jess Melvin juga berencana untuk menerbitkan terjemahan bukunya itu dalam Bahasa Indonesia. Bukunya dalam Bahasa Inggris diterbitkan dan dijual oleh Routledge.[]

    Sumber : ABC Australia

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here