III. KONTRIBUSI AKTIVISME DAN GERAKAN DALAM PERUBAHAN SOSIAL
Dari pemaparan diatas, Penulis kemudian mengaplikasikan konsep dan teori dalam menganalisi gerakan masyarakat sipil transnasional yaitu La Via Campesina dalam mendorong “Deklarasi Hak Asasi Petani dan Masyarakat Pedesaan” di Perserikatan Bangsa-Bangsa, representasi OMS dari Indonesia di LVC adalah Serikat Petani Indonesia (SPI). Penulis juga mencoba untuk menganalisis tentang Global Land Forum 2018 yang diselenggarakan International Land Coalition (ILC) sebagai politik perseteruan global. Ditambah dengan kontroversi yang timbul karena sebagian aktivis gerakan sosial di Bandung khususnya, dan Indonesia umumnya, tidak sepakat dengan adanya GLF yang diselenggarakan ILC dengan tuan rumah Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA).
1. La Via Campesia
La Via Campesina[27] adalah gerakan internasional yang menyatukan jutaan petani, termasuk didalmnya petani kecil dan menengah, orang-orang tanpa lahan, perempuan pedesaan[28] dan pemuda[29], penduduk asli, migran dan pekerja pertanian dari seluruh dunia. Dibangun di atas persatuan, solidaritas antar kelompok, membela pertanian dan petani untuk kedaulatan pangan sebagai cara mempromosikan keadilan sosial dan martabat dan dengan tegas menentang pertanian yang digerakkan oleh korporasi yang beroperasi dengan menghancurkan relasi sosial dan alam.
LVC terdiri dari 182 organisasi lokal dan nasional di 81 negara dari Afrika, Asia, Eropa dan Amerika. Secara keseluruhan dianggap mewakili sekitar 200 juta petani. LVC adalah gerakan otonom, pluralis, multikultural, politis dalam tuntutannya untuk keadilan sosial sementara menjadi independen dari partai politik, ekonomi atau jenis afiliasi lainnya. Sekelompok perwakilan petani wanita dan pria dari empat benua mendirikan LVC pada tahun 1993, di Mons, Belgia. Ketika kebijakan pertanian dan agribisnis menjadi terglobalisasi dan petani kecil perlu mengembangkan visi bersama dan berjuang untuk mempertahankannya. Organisasi petani skala kecil, menurut LVC, juga ingin agar suara mereka didengar dan berpartisipasi langsung dalam keputusan yang memengaruhi kehidupan mereka.
Perjuangan yang dilakukan LVC adalah sebagai berikut:
(1). Membela Kedaulatan Pangan, Perjuangan untuk Pembaruan Lahan dan Agraria. Visi politik LVC tentang “Kedaulatan Pangan” diluncurkan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pangan Dunia pada tahun 1996. Kedaulatan pangan adalah hak masyarakat atas makanan yang sehat dan tepat, secara budaya dihasilkan melalui metode berkelanjutan dan hak mereka untuk menentukan sistem pangan dan pertanian mereka sendiri. Mengembangkan model produksi skala kecil yang menguntungkan masyarakat dan lingkungan mereka. Kedaulatan pangan memprioritaskan produksi dan konsumsi pangan lokal, memberikan negara hak untuk melindungi produsen lokalnya dari impor yang murah dan untuk mengendalikan produksinya. Termasuk perjuangan untuk tanah dan reformasi agraria sejati yang memastikan bahwa hak untuk menggunakan dan mengelola tanah, wilayah, air, benih, ternak dan keanekaragaman hayati berada di tangan mereka yang menghasilkan makanan dan bukan dari sektor korporasi.
(2). Mempromosikan Agroekologi dan Membela Benih Lokal. LVC melihat Agroekologi sebagai bentuk kunci perlawanan terhadap sistem ekonomi yang menempatkan keuntungan sebelum kehidupan. LVC mengakui bahwa petani kecil, nelayan, penggembala, dan penduduk asli, yang menjadi hampir setengah dari orang-orang di dunia, mampu memproduksi makanan untuk komunitas mereka dan memberi makan dunia dengan cara yang berkelanjutan dan sehat. Benih menurut LVC adalah pilar produksi makanan yang tak tergantikan dan dasar reproduksi yang produktif, sosial dan budaya. LVC mempromosikan hak petani untuk menggunakan, mengembangkan, dan mereproduksi bibit petani dan perjuangan melawan upaya perusahaan untuk mengendalikan warisan bersama.
(3). Mempromosikan Hak Petani dan Perjuangan Melawan Kriminalisasi Petani. Menurut LVC, ada peningkatan perpindahan yang dipaksakan, kriminalisasi dan diskriminasi yang mempengaruhi para petani secara global. Korporasi transnasional terus melanggar hak-hak dasar, dengan impunitas penuh, sementara orang-orang yang berjuang untuk membela hak-hak komunitas terus dikriminalisasi dan kadang-kadang bahkan dibunuh. LVC mempromosikan “Deklarasi Universal tentang Hak-hak Petani dan Orang-orang yang Bekerja di Daerah Pedesaan”, di dalmnya mencakup hak untuk hidup dan standar hidup yang layak, hak atas tanah dan wilayah, benih, informasi, keadilan, dan kesetaraan antara perempuan dan laki-laki.
Isu-isu dalam perjuangan politik LVC melalui gerakan sosial yang mereka lakukan adalah agroekologi dan bibit petani; keadilan iklim dan lingkungan; martabat bagi para migran dan pekerja upahan; kedaulatan pangan; solidaritas internasional; (penguasaan atas) tanah, air dan teritori; dan hak-hak petani[30]. LVC adalah gerakan massa yang vitalitas dan legitimasinya berasal dari organisasi petani di akar rumput. Gerakan ini didasarkan pada desentralisasi kekuasaan antara semua wilayahnya. Sekretariat internasional berputar sesuai dengan keputusan kolektif yang dibuat setiap empat tahun oleh Konferensi Internasional. Pertama kali berlokasi di Belgia (1993-1996), kemudian di Honduras (1997-2004), Indonesia (2005-2013), dan saat ini berbasis di Harare, Zimbabwe sejak 2013. Konferensi Internasional adalah ruang tertinggi untuk berdiskusi dan membuat keputusan politik gerakan, untuk mendefiniskan tindakan dan agenda masa depan. Konferensi Internasional itu telah diselenggarakan enam kali sejak tahun 1993.
Kontribusi berasal dari anggota, berupa sumbangan pribadi dan dukungan keuangan dari beberapa LSM, yayasan, dan otoritas publik yang memungkinkan pekerjaan mereka terlaksana. Beberapa aksi yang rutin dilakukan sebagai bentuk kampanye sekaligus bagian dari perjuangan LVC diantara adalah pada: (1). Setiap 8 Maret sebagai Hari Perempuan Internasional, LVC bergabung dengan gerakan sosial dan gerakan perempuan untuk menuntut persamaan hak bagi perempuan. (2). Setiap 17 April adalah Hari Perjuangan Petani Internasional, diselenggarakan melalui tindakan langsung, kegiatan budaya, konferensi, pemutaran film, debat masyarakat dan demonstrasi yang diselenggarakan oleh berbagai kelompok, komunitas atau organisasi. (3). Setiap 10 September diperingati sebagai Hari Perjuangan Internasional melawan WTO untuk mengenang Lee Kyun Hae, seorang petani Korea Selatan yang mengorbankan dirinya selama protes massal melawan WTO di Cancun, Meksiko pada tahun 2003. Dia memegang spanduk yang mengatakan “WTO membunuh petani”. (4). Setiap 16 Oktober menjadi Hari Aksi Internasional untuk Kedaulatan Pangan Rakyat dan Melawan Korporasi Transnasional. Diselenggarakan melalui tindakan langsung, kegiatan itu diadakan di seluruh dunia dalam membela kedaulatan pangan dan untuk hak-hak petani. (5). Pada 25 November, menjadi Hari Internasional untuk Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan, LVC bergabung dengan gerakan perempuan untuk menuntut keadilan dan kehidupan yang terbebas dari kekerasan di semua bidang untuk perempuan dan anak perempuan. (6). Pada setiap 3 Desember diperingati sebagai Hari Tidak Menggunakan Pestisida Global. LVC berdiri dalam solidaritas dengan perjuangan melawan agrotoxics dan bahan kimia, yang semakin didorong oleh agribisnis.
Dalam mengorganisir perjuangannya, LVC membuat www.viacampesina.org. Alamat sekretariatnya saat ini adalah di Drive Gloucester 5, Eastlea, Harare, Zimbabwe. Email: viacampesina@viacampesina.org , dengan no telepon +263 4576221. LVC juga menggunakan media sosial seperti Facebook dengan akun facebook.com/ViaCampesinaOfficial, twitter dengan akun @via_campesina. Selain itu, LVC juga menggunakan video, foto, dan audio yaitu pembangunan tv.viacampesina.org. Dalam lamannya, LVC menyebutkan bahwa setelah sepuluh tahun negosiasi panjang di Jenewa, ‘Deklarasi PBB tentang Hak-Hak Petani dan Orang-Orang yang Bekerja di Daerah Pedesaan’ sedang dalam tahap penyelesaian. Naskah deklarasi tersebut telah dibahas selama sesi Kerja Antar Pemerintah Terbuka Kelima atau Fifth Open-ended Intergovernmental Working Group (OEIWG) pada 9 – 13 April 2018 di Dewan Hak Asasi Manusia PBB atau United Nations Human Rights Council (UNHRC)[31].
Realitas aktivisme dalam gerakan sosial yang dilakukan LVC bersama anggotanya yaitu 182 organisasi petani yang berasal dari 81 negara di dunia dan sekutu-sekutunya dari Organisasi Non-Pemerintah atau Non-Government Organizations (NGOs) seperti Centre Europe – Tiers Monde (CETIM), Food First Information and Action Network (FIAN), International Union of Food (IUF), dan World Forum of Fisher People (WFFP), serta melibatkan Organisasi Antar Pemerintah Internasional atau Inter Governmental Organizations (IGOs) seperti Uni Eropa dan Food and Agriculture Organization (FAO), dan juga negara-negara seperti Bolivia, Ekuador, Mesir, India, Indonesia, Irak, Peru, Portugal, Afrika Selatan, Swiss, Togo (atas nama Kelompok Afrika), dan Uruguay, dalam OEIWG di UNHRC[32].
Bersambung ke halaman selanjutnya –>