BANDUNG, KabarKampus – Fenomena langka dan unik gerhana matahari cincin akan menghiasi langit akhir Desember tahun ini. Fenomena ini menjadi spesial terutama bagi pecinta maupun peneliti astronomi. Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung (ITB) di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, pun sudah melakukan persiapan menyambut gerhana.
Salah satu persiapan yang dilakukan Bosscha untuk menyambut gerhana yang akan berlangsung 26 Desember 2019 itu ialah penyediaan tempat pengamatan gerhana bagi masyarkat. Peristiwa ini tak hanya menarik perhatian para peneliti, melainkan masyarakat luas.
Pengamatan tidak dilakukan di Bosscha, Jalan Peneropongan Bintang-Lembang, melainkan di lapangan sepak bola yang masih di sekitar Bosscha. Staf peneliti Observatorium Bosscha ITB, Yatni Yulianti, bilang posisi lapangan sepak bola ini dekat dengan SDN Pancasila dan SDN Merdeka, Jalan Peneropongan Bintang.
Untuk itu, pihaknya akan bekerja sama dengan otoritas setempat untuk memakai lapangan sepak bola yang jaraknya sekitar 500 meter dari Bosscha. Teknis pengamatannya, Bosscha juga menggandeng komunitas astronomi Imah Noong yang juga berlokasi di Lembang.
Yatni menuturkan, rencana pengamatan bersama di luar Bosscha dilakukan berdasarkan pengalaman gerhana matahari total (GMT) 2016 lalu. Waktu itu, Bosscha kewalahan menghadapi membludaknya pengunjung yang ingin mengamati peristiwa langka tersebut.
“Jadi kali ini karena area kami terbatas dan pengalaman waktu GMT tahun lalu membludak sekali, kami coba fasilitasi kerja sama dengan wilayah setempat, menyiapkan tempat tapi masih di sekitaran Bosscha, kemudian kerja sama dengan Imah Noong yang juga ada di Lembang ini untuk bikin pengamatan bersama,” paparnya.
Dengan kata lain, memakai lapangan sepak bola sebagai tempat pengamatan, diharapkan masyarakat tidak datang berbondong-bondong ke Bosscha. Saat GMT 2016, menurut Yatni antusias warga sangat besar. Dalam sehari pengamatan, jumlah pengunjung kurang lebih mencapai 3.000 orang. Itu pun terjadi tanpa publikasi maupun promosi.
“Jadi orang tak dianjurkan datang ke Bosscha tapi ke lokasi yang lebih luas dan memadai dalam melakukan pengamatan bersama-sama,” ucap Yatni.
Riset Gerhana ke Tanjung Pinang
Observatorium Bosscha ITB juga menyiapkan tim riset dan pengamatan yang akan berangkat ke Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Yatni mengatakan, Tanjung Pinang dipilih sebagai lokasi pengamatan karena daerah tersebut menjadi jalur gerhana matahari cincin. Tidak semua wilayah di Indonesia yang dilalui gerhana tersebut.
“Ada satu titik yang dilalui gerhana matahari cincin, salah satunya di Tanjung Pinang,” jelas Yatni.
Rencananya, tim ekspedisi Bosscha ITB akan berangkat ke Tanjung Pinang tanggal 23 Desember 2019. Yatni sendiri bakal ikut rombongan. Tim ekspedisi ini terdiri dari peneliti Bosscha dan program studi Astronomi ITB. Total anggota ekspedisi ada 11 orang.
Tanggal keberangkatan dipilih lebih awal agar leluasa dalam melakukan persiapan pengamatan, termasuk sosialisasi kepada masyarakat di sana. Diharapkan masyarakat ikut mengamati bersama. Sebelum berangkat, pihak Bosscha sudah menjalin kontak dengan otoritas terkait di Tanjung Pinang.
Agustus lalu, kata Yatni, peneliti Bosscha ITB juga sudah pernah ke Tanjung Pinang dalam rangka riset dan sosialisasi soal pendidikan astronomi, yakni berupa pelatihan pada guru. Pada kunjungan tersebut juga dibicarakan persiapan menyambut gerhana matahari cincin.
Selain itu, kata Yatni, ada yang unik di Tanjung Pinang, yakni soal astronomi dan kebudayaannya. “Kami juga ketahui di sana banyak sekali sumber pengetahuan astronomi dalam kebudayaannya, sejarahnya. Kami ingin menggali juga masalah tersebut,” terang Yatni.
Menurut literatur, Tanjung Pinang tercatat pernah dilalui gerhana matahari total sekitar tahun 1800-an. Hal ini juga dicatat dalam sejarah dan kebudayaan Tanjung Pinang.
Bagi warga di luar Tanjung Pinang yang tidak kebagian fenomena langka gerhana matahari cincin, tim ekspedisi juga akan menayangkan pengamatan melalui live streaming di Youtube.
Mengenai jalur gerhana matahari cincin di Indonesia, Yatni menjelaskan memang tidak semua daerah di Indonesia bisa mengamati gerhana matahari cincin. Menurut data Bosscha ITB, daerah di Indonesia yang terlintasi gerhana matahari cincin adalah Sibolga, Duri, Batam, Putussubau, Bengkalis, Tanjung Pinang, Lasan, Padang Sidempuan, Siak Sri Indrapura, Singkawang, Tanjung Selor. Di luar daerah tersebut, gerhana hanya terlihat sebagian seperti Medan, Pekanbaru, Pontianak, Padang, Bandung, Jakarta, Surabaya, Denpasar, Makassar, Ternate, Sorong.
“Jadi untuk daerah di Jawa, gerhana sebagian saja. Termasuk nanti di Lembang (Bosscha) dan Jakarta,” kata Yatni seraya berharap ketika gerhana nanti cuaca cerah sehingga mendukung jalannya pengamatan. []