Upaya pencegahan virus corona (Covid-19) bukan hanya menjadi tanggung jawab rumpun kesehatan saja. Ilmu matematika pun punya peranan dalam menanggulangi wabah pandemi ini melalui pemodelan matematika.
Permodelan ini dilakukan Prof. Dr. Budi Nurani Ruchjana, M.S., Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran (Unpad) bersama tim peneliti dari Kelompok Bidang Keahlian Pemodelan Sktokastik Departemen Matematika FMIPA Unpad. Mereka mencoba mengidentifikasi peluang penyebaran Coronavirus dengan menggunakan model stokastik.
“Model stokastik adalah model yang berkaitan dengan peluang. Kita memandang segala sesuatu di alam itu bersifat acak, contohnya virus Corona begitu datang ke dunia juga acak, tidak pernah tahu siapa yang akan ditulari,” ujar Prof. Budi Nurani di laman Unpad, Selasa, (17/03/2020).
Menurut Prof. Budi, dengan menerapkan pemodelan spatio-temporal atau pengamatan acak berdasarkan lokasi dan waktu, mereka secara sederhana mencari peluang penyebaran Coronavirus berdasarkan data yang ada di laman https://www.worldometers.info/coronavirus/. Data yang diambil merupakan data yang terinfeksi Coronavirus di seluruh dunia dalam rentang waktu 23 Januari hingga 9 Maret 2020.
Kemudian analisis data dilakukan untuk menentukan peluang keadaan berdasarkan keadaan sebelumnya dari pengamatan banyaknya penderita Coronavirus yang diamati setiap hari. Kondisi tersebut diasumsikan konstan dan homogen di seluruh belahan bumi, serta jika ditentukan ruang keadaan berupa banyaknya penderita di atas rata-rata (banyak) dan di bawah rata-rata (sedikit),
Analisis data pertama menggunakan distribusi stasioner rantai Markov. Dari data yang ada, Prof. Budi merata-ratakan jumlah penderita Coronavirus per harinya sekitar 2.433 orang. Jumlah rata-rata ini masih diasumsikan bahwa fenomena wabah Coronavirus di setiap negara adalah sama.
Data rata-rata itu kemudian dihitung menggunakan distribusi stasioner rantai Markov, dengan keadaan bahwa kurang dari rata-rata diasumsikan sedikit, sedangkan di atas rata-rata diasumsikan banyak. Maka diperoleh hasil awal bahwa penderita Coronavirus di bawah rata-rata sebesar 53%, sedangkan penderita di atas rata-rata sebesar 47%.
“Ini masih menjadi studi awal, harus dilakukan pemodelan terus menerus,” ujarnya.
Selanjutnya, penghitungan dilakukan untuk menentukan prediksi banyaknya penderita berdasarkan lokasi yang belum tersampel. Hal ini disebabkan, ada sejumlah negara, terutama yang dekat dengan Tiongkok, belum ada informasi terinfeksi virus. Dua negara yang dijadikan sampel dalam identifikasi ini adalah Laos dan Myanmar, dua negara yang hampir berdekatan dengan Tiongkok.
Prof. Budi menjelaskan, dengan asumsi bahwa fenomena penyebaran Coronavirus di dunia serba sama, ada kemungkinan wilayah-wilayah yang dekat dengan Tiongkok juga rentan terinfeksi.
Proses pencarian prediksi di lokasi tidak tersampel ini menggunakan metode Ordinary Point Kriging (OK). Hasilnya, diprediksikan bahwa rata-rata ada 3-4 orang yang akan terinfeksi Coronavirus di Laos atau Myanmar.
“Secara rekomendasi kita berani menyampaikan walaupun masih di atas kertas secara angka. Tetapi ini bisa menjadi suatu peringatan untuk lebih waspada,” kata Prof. Budi.
Diakui Prof. Budi, hasil dari dua penghitungan ini masih memerlukan analisis lebih lanjut. Ini disebabkan, data yang digunakan masih diasumsikan homogen belum heterogen. Selain itu, kolaborasi penelitian multidisiplin juga sangat diperlukan.
Meski demikian, lanjutnya, data awal ini bisa menjadi gambaran untuk meningkatkan kewaspadaan terjadap pandemi Coronavirus. Prediksi di lokasi yang tidak tersampel bertujuan bukan untuk memicu kepanikan, tetapi untuk meningkatkan kewaspadaan ke depan.
Proses penghitungan peluang dan prediksi di lokasi tidak tersampel ini merupakan bagian dari gelaran Lokakarya/Workshop “Pemodelan Spatiotemporal untuk Prediksi Penderita Coronavirus (COVID-19) di Lokasi Tidak Tersampel menggunakan R” yang digelar KBK Pemodelan Stokastik Departemen Matematika FMIPA Unpad di Jatinangor, Jumat (13/3) yang dihadiri sekitar 130 partisipan dari wilayah Jawa Barat dan Jakarta.
Prof. Budi mengatakan, lokakarya ini digelar untuk memperingati Hari Matematika Internasional yang jatuh pada 14 Maret. Selain itu, kegiatan ini juga merupakan realisasi dari Konsorsium Internasional Research Innovation and Staff Exchange_Social Media Analytics (RISE_SMA) kerja sama peneliti Departemen Matematika dan Departemen Ilmu Komputer FMIPA Unpad dengan University Duisburg Essen-Jerman (Koordinator) serta perguruan tinggi lainnya dari Leiden, Norwegia, Brazil, dan Australia dengan dana penuh Uni Eropa tahun 2019-2022.[]