BANDUNG, KabarKampus – Bapak Pemasaran Modern Dunia Philip Kotler yang tinggal di Amerika ini punya perhatian khusus pada Indonesia. Melalui hubungan kerjasama jangka panjang dengan Hermawan Kartajaya dalam penulisan 10 buku, melakukan berbagai event marketing offline dan online hingga pendirian museum di Ubud Bali, Philip Kotler yang tanggal 27 Mei 2022 ini berusia 91 tahun menyempatkan waktu dua kali memberikan pidato khusus untuk masyarakat Indonesia.
Yang pertama adalah ketika memberikan tiket gratis kepada mahasiswa Indonesia sebanyak 2 juta buah senilai 200 juta dollar Amerika agar bisa mengikuti eWMS 2022 atau World Marketing Summit secara online di tahun 2022, sebagai bagian dari 50 juta tiket gratis yang dibagikan ke seluruh dunia.
Secara simbolis, tiket gratis sebanyak 2 juta diserahkan oleh CMO Kotler Impact Fahim Kibria kepada profesor Nizam, PLT Dirjen Dikti Kemendikbud Ristek yang mewakili Mendikbud Ristek Nadiem Anwar Makarim di hari pertama Jakarta Marketing Week ke-10, 18 Mei 2022 di Atrium Mall Kota Kasablanka. Mendikbud Ristek Nadiem Makarim yang telah meluncurkan program Merdeka Belajar sejak 2019 menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas langkah Philip Kotler membagikan 2 juta tiket gratis untuk mahasiswa Indonesia, yang kebetulan sejalan dengan program kampus merdeka dan merdeka belajar.
Sementara PLT Dirjen Dikti Profesor Nizam yang hadir langsung di panggung utama JMW ke-10 menyatakan bahwa donasi sebanyak 2 juta tiket menghadiri eWMS 2022 itu bukan hanya memberikan manfaat kepada mahasiswa tapi juga masyarakat, melalui pengamalan yang dilakukan para mahasiswa ke masyarakat.
Langkah Philip Kotler membagikan tiket gratis tersebut menunjukkan bahwa bapak pemasaran modern ini bukan hanya sekedar mengikuti berita mengenai tren terbaru tapi juga mempraktekkannya. Dimana Kotler berharap pada tanggal 27 Mei 2031, yang merupakan 100 tahun kelahirannya, akan ada 1 milyar mahasiswa dan profesional yang menyaksikan World Marketing Summit secara online. Berbeda dengan lagu atau film, upaya Kotler tersebut akan terwujud kalau Kotler memberikan pandangan dan insight yang relevan untuk menghadapi tantangan di masa kini dan masa datang.
Seolah seperti menjawab unspoken concern atau kegelisahan yang tak terucapkan dari mereka yang diharapkan menyaksikan eWMS hingga 2021, Kotler menunjukkan bahwa dia pun juga punya pemikiran mengenai marketing di tahun 2031. Itulah yang khusus dipresentasikan Philip Kotler di Studium Generale 27 Mei 2022, yang secara offline dilakukan di kampus Universitas Padjadjaran Jalan Dipati Ukur Bandung. Future marketing itu adalah marketing yang bisa diterapkan pasca dunia dilanda pandemi covid-19.
Kotler yang meraih gelar Master di bidang ekonomi dari University of Chicago di tahun 1953 dan PhD di bidang ekonomi dari Massachusetts Institute of Technology di tahun 1956 dengan belajar langsung dari 3 pemenang Nobel di bidang ekonomi seperti Milton Friedman, Paul Samuelson dan Robert Solow paham bahwa tidak mudah memprediksi masa depan, termasuk perekonomian masa depan. Karena itu dia melihat bahwa dunia akan menghadapi beberapa scenario.
Pertama, kembali ke situasi seperti sebelum COVID-19 tapi dengan pertumbuhan ekonomi relatif rendah. Kedua, situasi normal baru dengan pertumbuhan ekonomi tinggi dan hidup yang lebih nyaman. Ketiga pertumbuhan perlahan agar konsumen mengurangi tingkat konsumsi demi kelestarian planet. Keempat adalah perekonomian yang didorong mengurangi kesenjangan sosial dengan pajak tinggi ala Skandinavia.
Kotler juga mengutip John Maynard Keynes yang merumuskan teori dan praktek makroekonomi yang di tahun 1930 telah memprediksi bahwa di masa depan, karena tingginya otomatisasi akan memunculkan pekerja yang bekerja 15 jam per minggu. Tapi dunia juga akan menghadapi tantangan yang bisa mengganggu perekonomian. Mulai dari pandemi, climate change, kesenjangan kekayaan, perubahan teknologi dan polarisasi masyarakat.
Berbagai tantangan tersebut akan membuat dunia menghadapi jalan yang bercabang ke masa depan. Kotler pun mengutip pemikiran Buckminster Fuller, arsitek yang menjadi futurolog. Karena beratnya tantangan, maka ada beberapa pilihan, bermimpi, melupakan atau mencari cara agar bisa bertahan.
Perusahaan juga menghadapi sejumlah tantangan. Mulai dari industrialisasi agar bisa memanfaatkan peluang secara optimal, pencemaran lingkungan karena industrialisasi tanpa arah, mesti memikirkan sustainability, perlu punya kepedulian dengan lingkungan yang hijau dan mulai memikirkan perlunya menggunakan energy terbarukan.
Bagaimana menghadapi tantangan tersebut di atas atau tantangan lain yang akan muncul dimasa depan? Ia membayangkan bahwa marketing mesti merubah tujuan dari mendorong konsumsi sebanyak-banyaknya ke mengurangi konsumsi untuk kelestarian planet. Caranya? Dengan menerapkan social marketing yang telah dikenalkan Kotler 50 tahun yang lalu.
Banyak yang mungkin membayangkan bahwa penerapan social marketing untuk degrowthitu susah. Tapi dia menunjukkan bagaimana negara-negara Skandinavia seperti Finlandia, Islandia, Denmark, Swedia dan Norwegia telah menerapkan degrowth secara komprehensif melalui welfare economics. Hebatnya, banyak perusahaan kelas dunia yang lahir dari negara-negara tersebut.
Kotler percaya kalau perusahaan tidak mengubah orientasinya mereka akan hancur. Karena itu dia mengusulkan apa yang disebut profitability with sustainability.
Terima kasih telah sharing artikel yang mencerahkan ini.