Antara PKB dan NU
Hal yang justru perlu menjadi objek penyorotan adalah “cinta terlarang” antara PKS yang berbasis Islam beraroma pergerakan Ikhwanul Muslimin dan PKB yang menentang Islam transnasional.
Uniknya, meski berbeda dalam pandangan politik Islam, dua partai ini masing-nasing punya massa kuat yang konsisten. PKB punya modal tetap berupa pengaruh kultural ke-NU-an, karena secara faktual merupakan anak kandung NU.
Kemudian yang juga menarik untuk diperhatikan adalah perseturuan antara Cak Imin dan PBNU juga keluarga Gus Dur. Tentu, polemik antara Yenny Wahid, puteri sulung Gus Dur dan Cak Imin yang belakangan ini kian sengit dan beredar luas di media sosial memberikan efek yang cukup signifikan meski tak akan total.
Konflik antara Cak Imin dan Yenny Wahid dan perbedaan sikap antara Ketua Umum PBNU, Gus Yahya Staquf dan mantan Ketua Umum PBNU, Kyai Said Agil Siradj, tentang relasi PKB-NU tak pelak menimbulkan kebingungan di kalangan umat nahdliyin. Said Agil menyebut PKB merupakan bagian dari Nahdlatul Ulama (NU) dan begitu pun sebaliknya. Dia bahkan berharap PKB menang. Sedangkan Yahya Staquf menegaskan PKB bukan partai yang merepresentasikan NU.
Dua pandangan yang berlawanan ini mungkin berdampak terhadap elektabilitas Cak Imin dan berkurangnya suara untuk PKB.
Surya Paloh tentu mengetahui fenomena itu. Sebelum meminang Cak Imin, dia sudah melakukan kalkulasi matang serta mempertimbangkan dampak politik terhadap elektabilitas Cak Imin dan suara massa NU dan PKB. Karena tak mungkin suara massa PKB berpindah semua ke partai lain juga pasangan Capres-Cawapres, maka NasDem mungkin menetapkan target realistis dalam meraih suara massa PKB dan NU kultural. Sederhananya, setajam apa pun perseturuan internal itu, massa NU terutama yang sepandangan dengan Prof. Said Agil Siradj dan sebagian kyai besar diperkirakan akan tetap mendukung PKB juga pasangan AMIN. Tokoh NU non PKB dalam kalkulasi ini tidak akan mampu mengungguli suara yang akan diterima oleh PKB.
Berbekal dua partai yang punya captive market itu, SP tak merasa perlu merisaukan hasil-hasil survei dan terus tancap gas.