More

    Kalkulasi Politik Konstelasi Pemilu 2024

    Oleh: Dr. muhsin Labib ,MA.

    Atmosfer politik Indonesia ditakdirkan mempunyai dua corak yang berbeda dan kadang berlawanan, yaitu Nasionalisme dan Islam. Mindset dikotomisme ini terbentuk sejak lama bahkan sebelum kemerdekaan diproklamasikan.

    Nasionalisme semula secara politis dikaitkan dengan PNI kemudian diasosiasikan dengan PDIP dan secara kultural serta historis dengan kalangan abangan terutama di wilayah Mataraman.

    - Advertisement -

    PDIP yang selama masa rezim Soeharto berkuasa dianaktirikan menjadi kekuatan politik yang paling kuat karena dua faktor utama; keagungan figur Soekarno dan basis kultur abangan yang mendominasi Jawa Tengah dan setengah dari Jawa Timur terutama di wilayah Mataraman.

    PDIP punyai basis Nasionalisme kultural dan pengaruh emosional terhadap kalangan abangan yang fanatik tanpa bisa dipengaruhi oleh rayuan politik lain. Bila dilihat dalam kalkulasi bisnis, ia punya captive market.

    Dalam proses dinamikanya di era Reformasi, mulai muncul beberapa partai politik yang juga mengeklaim bercorak nasionalis. Salah satunya adalah Demokrat yang sempat menang secara mengejutkan dalam Pilpres dan mengantarkan SBY ke kursi kepresidenan selama dua periode.

    Kedua adalah Gerindra, yang hampir saja mengantarkan Prabowo ke Istana pada Pemilu lalu karena jumlah suara yang diperolehnya tak berelisih jauh dengan suara untuk Jokowi yang didukung PDIP dan NasDem.

    Ketiga adalah NasDem yang secara mengejutkan pula menjadi partai besar tanpa figur menonjol dengan mendukung figur dari partai lain, Jokowi, dalam dua periode dan berada dalam lingkaran koalisinya. Kejutan berikutnya adalah dukungannya atas figur non partai, Anies Baswedan, sebagai Capres pada Pemilu 2024.

    Keempat adalah Golkar. Sebagai raksasa politik yang punya pengalaman dalam berpolitik sejak Orba tetap bertengger dalam tiga besar konsisten dengan corak plural lebih longgar yang didominasi oleh kalangan perkotaan alias priyayi. Di dalamnya ada ragam elemen, utamanya seperti HMI yang bercorak Islam progresif dan GMNI yang nasionalis. Karena karakteristiknya yang inklusif, moderat, dan pragmatis, partai ini mampu bertahan meski sempat melorot jauh pada masa-masa awal Reformasi.

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here