Frino Bariarcianur
Para peneliti di Ambon berhasil membuat mie berbahan sagu yang dicampur ikan cakalang. Mie ini sehat dan aman dikonsumsi.
Inovasi mie ini hasil penelitian Christina Litaay, peneliti Balai Konservasi Biota Laut (BKBL) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ambon. Ia melihat potensi alam Maluku yang banyak menghasilkan sagu (Metroxylon sp) dan memproduksi ikan cakalang (Katsuwono pelamis). Timbullah ide untuk mengolah kedua hasil kekayaan alam Maluku tersebut.
Menurut Christina Litaay, mie berbahan dasar ikan cakalang dan sagu memiliki kandungan gizi yang sangat tinggi, sehat untuk dikonsumsi oleh siapa saja. “Cocok juga untuk penderita diabetes, radang usus dan autis,” kata Christina seperti dilansir ANTARANEWS.COM, Jumat (26/04/2013).
Lebih lanjut ia menjelaskan mie sagu dan cakalang ini tidak memiliki amilosa. Ini yang membedakan mie yang berbahan dasar tepung terigu dengan mie Christina. Sehingga dalam prosesnya, tepung sagu yang tidak memiliki gluten tersebut harus melewati giletinasi agar kenyal. Begitu juga proses ikan cakalang yang banyak mengandung mioglobin. Daging merahnya harus difortifikasi menjadi tepung kering lalu diproses asam dan basa agar tahan lama.
“Proses ini mencegah agar daging ikan cakalang tidak bau,” kata Christina.
Pada Desember 2012 Institut Pertanian Bogor (ITB) menguji ketahanan mie ikan Cakalang dan sagu ini. Hasilnya mie tersebut mengandung protein (5,58 persen), mineral (1, 12 persen), karbohidrat (74,05 persen), air (18 persen), dan mal (0,41 persen).
Anak-anak autis dan mereka yang sedang menjalani diet dapat mengkonsumsi mie ikan cakalang dan sagu Christina. Namun ia masih harus melanjutkan lagi penelitiannya agar lebih sempurna. Persoalan daya tahan mie tersebut masih menjadi persoalan.
Ia berharap diversifikasi pangan ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Maluku sebagai industri yang dapat menyokong perekenomian. []
