Frino Bariarcianur
YOGYAKARTA, KabarKampus—Mengapa anak muda Indonesia tidak peduli pada Pemilu 2014 mendatang?
Pertanyaan ini sering terlontar di setiap diskusi yang membincangkan peran dan partisipasi anak muda dalam politik. Tentunya banyak alasan kenapa anak muda termasuk mahasiswa menjadi apolitis saat ini.
Dalam kuliah umum “Building Democrazy : Challenges and Difficulties” yang diselenggarakan di Ruang Multimedia Gedung Pusat, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Selasa (26/11/2013), Prof. Scott Smith dari Columbia University berpendapat rendahnya minat anak muda dalam politik karena isu yang diangkat tidak bersentuhan langsung dengan persoalan anak muda.
“Pemuda saat ini memiliki kecendrungan tertarik pada pemerintahan ketika isu-isu yang dibawa politikus membawa kepentingan mereka. Misalnya tentang penyediaan lapangan kerja dan pendidikan,” kata Prof. Scott Smith.
Isu-isu seperti itu membuat anak muda mau berpartisipasi dalam Pemilu. Sehingga partai politik harus melihat dengan jeli persoalan yang dihadapi anak muda sekarang. Partai politik juga harus berperan melakukan pendidikan politik.
Namun menurutnya pendidikan politik tidak hanya soal pemilihan tapi juga soal kesadaran warga dan nilai demokrasi itu sendiri. Pendidikan politik ini harus bisa masuk dalam kurikulum pendidikan karena demokratisasi dalam suatu negara merupakan hal yang penting. Melalui demokrasi, anak muda terlibat mewujudkan kondisi masyarakat yang lebih baik.
“Demokrasi memang tidak sempurna, tetapi bukan berarti kita harus mengabaikannya,” kata Prof. Scott Smith.
Rendahnya tingkat partisipasi anak muda dalam politik menurut Prof. Scott Smith bukan hanya terjadi di Indonesia. Hal ini banyak terjadi di berbagai negara di dunia.
Apakah kaka mau terlibat mewujudkan masyarakat Indonesia yang lebih baik?[]