More

    Anak Muda Korea Pelajari Budaya Yogyakarta

    Ahmad Fauzan Sazli

    11 01 2014 Anak muda Korea

    Anak muda Korea Selatan. FOTO : UGM

    - Advertisement -

    YOGYAKARTA, KabarKampus – K-Pop alias Korean Pop saat ini sedang digandrungi anak muda Indonesia. Hal itu terlihat dari selalu ramainya konser-konser musik asal Korea Selatan di Indonesia. Begitu juga degan gaya rambut, kaca mata, dan pakaian ala K-Pop.

    Kali ini ada pemandangan yang berbeda terlihat di Yogyakarta. Sebanyak lima anak muda asal Korea Selatan mempelajari budaya Yogyakarta. Kelima pelajar tersebut terdiri dari dua pelajar SMP dan tiga pelajar SMA, serta ditemani satu orang guru.

    Para pelajar Korea ini rencananya akan berada di Yogyakarta selama 10 hari, dari tanggal 09 – 19 Januari 2014. Selama di Jogja mereka akan mengunjungi lembaga pemerintah dan sejumlah lokasi tempat generasi muda melestarikan budaya lokal.

    Dr. Puji astuti, M.Sc., Apt, Koordinator Regional Center Expertise (RCE) Yogyakarta,  Universitas Gadjah Mada, Dr. Puji astuti, M.Sc., Apt, mengatakan kunjungan pelajar Korea ini merupakan realisasi hasil kerjasama antara RCE Tongyeong dengan RCE Yogyakarta dalam program pelestarian tradisi lokal kedua negara.

    “Ini bentuk keprihatinan kita bersama, makin banyaknya remaja dan generasi muda yang sudah kurang peduli dengan kebudayaan bangsa. Bukan hanya di Indonesia tapi juga terjadi di Korea,” kata Puji.

    Menurut Puji, pihak RCE Tongyeong memiliki pemikiran yang sama tentang keprihatinan anak muda di Korea yang kurang peduli dengan budaya lokal. Oleh karena itu, salah satu kegiatan yang dikembangkan adalah peluncuran program Bridge to The World untuk memperkenalkan remaja Korea Selatan dalam memahami, melestarikan dan merawat kebudayaan bangsanya dengan belajar bagaimana pemeliharaan tradisi budaya lokal di Yogyakarta.

    Pelajar Korea ini akan mempelajari lebih jauh upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia khususnya Pemprov DIY melalui lembaga pemerintah, lembaga pendidikan dan lembaga terkait lainnya baik komunitas, masyarakat, institusi pendidikan dan individu dalam melestarikan tradisi lokal yang sudah ada sejak lama di Yogyakarta.

    Sementara itu Kim Yu Bin,  18 Tahun, mengatakan Kota Tongyeong memiliki nilai budaya tradisional yang cukup beragam  namun tidak semua dilestarikan dengan baik.

    “Jadi kami datang ke Yogyakarta untuk melihat cara menjaga tradisi itu. Dengan harapan kita bisa melakukan hal yang sama nantinya di sekolah,” katanya.[]

     

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here