Stephanie March
Indonesia tidak termasuk dalam lima besar negara yang paling banyak mendaftar visa studi ke Australia. Kelima besar negara itu adalah China, India, Vietnam, Brasil dan Nepal.
Khusus dari India, terjadi peningkatan jumlah calon mahasiswa dua kali lipat. M enurut sejumlah praktisi bidang pendidikan, hal ini terutama karena para pendaftar itu ingin mendapat pendidikan berkualitas, bukan karena ingin tinggal di Australia secara permanen.
Pada kwartal ketiga September 2013, yaitu bulan Juli, Agustus dan September 2013, jumlah pendaftaran visa studi asal India meningkat dari 1.987 menjadi 4.148 orang.
Empat tahun sebelumnya, jumlah ini menurun karena banyak lembaga yang berkedok penyelenggara pendidikan tinggi yang ditutup. Selain itu, peraturan visa untuk kursus kerja praktek pun diperketat dan ada sejumlah serangan terhadap warga India di kota Melbourne.
Namun, kemudian pemerintah Australia menyederhanakan proses visa bagi mahasiswa asing, dan universitas-universitas Australia pun menawarkan lebih banyak beasiswa untuk pelajar luar negeri.
Peningkatan jumlah warga India yang mendaftar untuk visa pelajar bukan hanya dipicu tindakan dari Australia, melainkan juga karena pertumbuhan ekonomi di India. Ratusan juta penduduk India kini menduduki kelas menengah dan mampu menimba pendidikan tinggi.
“Para pelajar kini tak hanya ke Australia karena ingin tinggal di sana secara permanen, mereka ke sana karena memang ingin mendapat pendidikan yang berkualitas,” jelas Rhian Thomas, wakil ketua perusahaan layanan pendidikan The Chopras, yang kantornya berpusat di New Delhi.
Dalam periode yang sama di 2013, lima negara terbesar yang mendaftar untuk visa pelajar ke Australia adalah China, India, Vietnam, Brazil dan Nepal.
Jumlah pendaftaran visa dari China naik 4,9 persen dibanding kwartal sebelumnya, sementara India mengalami kenaikan 7,3 persen. Vietnam mengalami kenaikan 41,6 persen, Brazil 17,6 persen, Nepal 28,9 persen.
Menurut laporan tahunan Departemen Imigrasi Australia, jumlah pendaftaran visa pelajar dari Indonesia pada tahun finansial 2012-2013 adalah 9.015, sedangkan dari China jumlahnya 57.887 dan dari India 30.225
Bagi pelajar yang memang ingin tinggal di Australia secara permanen, proses yang harus mereka lalui bisa jadi cukup rumit. Saat ini, pelajar asing berhak tinggal dan bekerja di Australia selama dua tahun setelah lulus. Setelah dua tahun, mereka harus mencari perusahaan atau pemilik usaha yang bersedia mensponsori mereka. Kalau tidak, mereka harus meninggalkan Australia.
“Sponsor dari perusahaan sangat sulit,” jelas Phil Honeywood, direktur nasional Asosiasi pendidikan Internasional Australia, “Biayanya tinggi, anda harus sering berurusan dengan pekerja migrasi, jadi urusan administrasi yang harus dihadapi perusahaan atau majikan amatlah rumit.”
Selain itu, untuk sektor tertentu, ada disinsentif finansial bila ingin mempekerjakan pelajar asing, misalnya gaji atau upah minimum bagi pelajar asing lebih tinggi.