More

    Mahasiswa UGM Dirikan UKM Peduli Difabel

    Ahmad Fauzan Sazli

    26 03 2014 Mahasiswa UGM Dirikan UKM Peduli Difabel
    Muhammad Karim Amrullah (kanan) dan Mukhanif Yasin. Dok. UGM

    YOGYAKARTA, KabarKampus – Dua mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mendirikan Unit Kegiatan Mahasiswa Peduli Difabel. Organisasi ini sebelumnya merupakan Forum Mahasiswa Difavel dan Partner UGM yang kemudian mendapat sambutan baik dari UGM dan kini menjadi UKM Peduli Difabel.

    Melalui  organisasi tersebut mereka berkeinginan para penyandang difabel mendapat perlakukan sama di masyarakat.Mereka mendata terdapat ada sekitar 30 mahasisa difabel di UGM

    - Advertisement -

    Dua mahasiswa tersebut adalah Muhammad Karim dan Mukhanif Yasin. Keduanya adalah penyandang difabel berprestasi di kampus UGM. Bahkan salah satunya pernah mewakili UGM dalam pertemuan tinggkat internasional.

    Muhammad Karim Amrullah, mahasiswa Fakultas Hukum UGM ini merupakan penyandang tuna daksa, kedua tangannya tidak bisa berfungsi sempurna seperti orang normal. Namun, dalam segala keterbatasannya, pemuda 20 tahun asal Sleman ini memiliki Indek Prestasi Kumulatif (IPK) rata-rata 3,44. Selain nilai akademik yang bagus, ia juga pernah dinobatkan menjadi mahasiswa beprestasi terbaik Fakultas Hukum UGM tahun 2012 lalu.

    Pemuda berkacamata ini mengaku pernah mewakili UGM dalam Asian Law Student Association Conference di Singapura awal tahun 2014. Bagi Karim, keikutsertaannya dalam event internasional itu memberikan tambawan wawasan baginya untuk mengetahui pengalaman negara lain dalam memperlakukan para difabel.

    “Selain bertemu dan berbagi ilmu dengan mahasiswa hukum dari berbagai negara, saya juga mengamati bagaimana Singapura memperlakukan warga negaranya yang difabel,” katanya.

    Menurut Karim, Pemerintah Singapura mengakomodir kebutuhan para difabel. Di sana terdapat guiding block yang banyak ditemui di berbagai tempat publik. Begitu juga di lift  juga ada huruf braile,” jelasnya.

    Ia berharap, Pemerintah Indonesia bisa belajar dari Singapura terkait pemenuhan kebutuhan difabel di ruang publik.

    Prestasi yang sama ditunjukkan oleh Mukhanif Yasin Yusuf. Khanif, begitu ia akrab disapa merupakan mahasiswa jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya UGM angkatan 2011 ini.

    Sejak duduk di bangku Madrasah tsanawiyah, Khanif selalu masuk rangking 3 besar, padahal ia satu-satunya penyandang tunarungu di sekolahnya. Begitu pula saat di SMA, ia menjuarai beberapa lomba penulisan, bahkan menjabat sebagai ketua OSIS.

    “Termasuk saat kuliah, saya berani memilih jurusan sastra yang sangat berhubungan dengan bahasa, meskipun saya tunarungu” tuturnya.

    Tak hanya itu, di bangku kuliah, Khanif selalu hadir di kelas tepat waktu dan rajin mencatat setiap apa yang ditulis dosen di papan tulis. Kendati berbagai aktifitas di organisasinya menyita waktu, Khanif masih bisa mempertahankan nilai akademik dengan IPK 3,59. Bahkan kemampuannya dalam menulis pernah membawanya jadi Juara I lomba menulis Kamakarya UGM.[]

     

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here