More

    Mahasiswa Sastra Ditantang jadi Diplomat

    Adima
    Mahasiswa jurusan Sastra Rusia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran menampilkan tarian tradisional Mazurka dari Rusia dalam Seminar Nasional “Kerjasama Indonesia-Rusia dan Prospeknya untuk Indonesia” di Aula Pusat Studi Bahasa Jepang Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Rabu (10/12). Penguasaan bahasa asing bisa menjadi salah satu cara ampuh untuk menempuh karir sebagai diplomat untuk mewakili Indonesia di negara lain. [Adima]
    Mahasiswa jurusan Sastra Rusia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran menampilkan tarian tradisional Mazurka dari Rusia dalam Seminar Nasional “Kerjasama Indonesia-Rusia dan Prospeknya untuk Indonesia” di Aula Pusat Studi Bahasa Jepang Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Rabu (10/12). Penguasaan bahasa asing bisa menjadi salah satu cara ampuh untuk menempuh karir sebagai diplomat untuk mewakili Indonesia di negara lain. [Adima]
    BANDUNG, KabarKampus – Siapa bilang peluang jadi diplomat hanya terbuka bagi lulusan Hubungan Internasional dan Hukum Internasional? Peluang berkarir sebagai pejabat dinas luar negeri terbuka juga bagi lulusan sastra.
    Pelaksana Harian Direktur Eropa Timur dan Tengah, Direktorat Amerika dan Eropa, Kementerian Luar Negeri, Ibnu Hadi menyatakan, kebutuhan diplomat yang menguasai bahasa asing merupakan sebuah keniscayaan.
    Hal ini tidak lepas dari konteks keamanan dan kerahasian pertemuan bilateral antara pejabat tinggi negara. “Untuk bahasa Jepang, belum ada diplomat yang mumpuni,” kata Ibnu di sela-sela membuka Seminar Nasional “Kerjasama Indonesia-Rusia dan Prospeknya untuk Indonesia” di Aula Pusat Studi Bahasa Jepang Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Rabu (10/12).
    Ibnu mengungkapkan, selama ini pihaknya menggunakan bantuan penerjemah dari staf lokal kedutaan. “Kalau ada penerjemah itu mulai dari level bawah dulu, kemudian meningkat hingga akhirnya bisa menangani pejabat tinggi,” terang Ibnu.
    Untuk bisa menembus posisi di Kementerian Luar Negeri, mahasiswa harus sering mencari informasi terkait berbagai kondisi terakhir di luar negeri. Apalagi, anak muda sekarang memiliki keunggulan dengan media sosial. “seharusnya lebih mudah mendapatkan informasi tidak seperti jaman saya dahulu,” tambah Ibnu yang pada penyaringan calon pejabat dinas luar negeri mendapati banyak pelamar yang tidak cakap soal perkembangan dunia.
    Mahasiswa jurusan sastra bahasa asing sudah barang tentu piawai berbahasa asing. Namun hal itu saja tidak cukup jadi modalnya.
    Ibnu mendorong agar para mahasiswa mau bergaul dan berkecimpung dalam berbagai kegiatan yang melibatkan orang asing. Dia memberi contoh pameran Indo Defence yang diikuti oleh banyak peserta dari negara Eropa Timur dan Tengah.
    “Kenapa penting? Karena kalau mau jadi diplomat, dialog dengan berbagai stakeholder itu penting,” ujarnya.
    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here