SURABAYA, KabarKampus – Tiga mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya mengembangkan sebuah alat pengaman bagi penambang belerang Gunung Welirang di perbatasan Malang. Tiga mahasiswa yang bernama Pamungkas Dwi Atmaja, Elsa Camelia Harmadi dan Aulia Fikriati ini menamakannya dengan Sulfuric Man in Action (Sulfuraction).
Aulia Fikriati, mengatakan, kondisi pekerja di sana sangat memprihatinkan. Mereka harus naik gunung dengan memikul alat seperti kereta kecil dan sebuah pikulan yang memiliki berat sekitar 12 kilogram.
”Padahal, lokasi penambangan sangat jauh karena harus ditempuh selama lima jam perjalanan,” jelasnya.
Ia menceritakan, para penambang harus menempuh perjalanan dua kali untuk mencapai puncak. Pertama, mereka akan berjalan dari pemukiman menuju pos Welirang dengan memikul kereta kecil. Setelah itu, mereka akan berjalan kembali menuju puncak gunung dengan membawa pikulan yang hanya terdiri dari sebatang kayu yang diikatkan dengan keranjang belerang.
Aulia dan timnya menilai, kondisi ini tidak aman oleh tim Aulia karena para penambang biasanya membawa belerang yang beratnya mencapai 100 kilogram. Selain pikulannya, kereta kecil yang mereka bawa pun tidak aman karena cara membawanya adalah dengan ditarik dari depan.
“Hal ini sangat memungkinkan mereka untuk jatuh karena bebannya berada di belakang dan hanya dilengkapi dengan rem roda,” papar Aulia,
Dari sana Aulia dan timnya ini membuat Sulfuraction, sebuah alat pikulan baru untuk para penambang Welirang. Alat ini terbuat dari logam yang dilengkapi tali strep. Sehingga bisa dibawa seperti tas. Hebatnya, meski terbuat dari logam alat ini memiliki berat yang cukup ringan, yaitu sekitar lima hingga enam kilogram. Sangat berbeda dengan alat pikulan awal yang memiliki berat hingga 12 kilogram.
Selain itu, alat ini juga dilengkapi bantalan di bagian belakangnya. Tujuannya adalah untuk melindungi punggung para pekerja agar tidak sakit.
“Kami memang sengaja mendesain produk ini sesuai dengan dimensi tubuh manusia untuk meminimalisir cedera kerja,” imbuh Aulia.
Alat ini ternyata juga bisa didorong dari belakang ketika para pekerja harus menuruni gunung. Hal ini dinilai lebih aman mengingat beban yang dibawa berada di depan. Bahkan, alat ini juga dilengkapi tali untuk menahan belerang yang dibawa agar tidak jatuh.
Alat yang dibuat oleh mahasiswa ITS ini mendapat sambutan baik dari Koperasi Belerang di sana. Mereka diminta untuk segera memproduksi alat ini. Namun Aulia mengaku alat ini masih ingin menyempurnakan alat ini lebih lanjut.
Tak hanya itu produk inovasi mahasiswa iTS ini mengantarkan ITS menjadi juara pertama Innovation on Product Design Competition (Inception) 2014, Jumat (19/12/2014) di UII Yogyakarta.