More

    Mahasiswa Tel-U Buat Film Dokumenter Untuk Indonesia Mengajar

    160215-Film Dokumenter Tel-U Menjadi Media Pembelajaran di Indonesia MengajarBANDUNG, KabarKampus – Film yang baik tentunya tak hanya bisa memberikan informasi, namun juga bisa bisa membangkitkan motivasi masyarakat. Seperti film-film yang dibuat oleh mahasiswa dan mahasiswi Telkom University, Bandung.

    Mereka membuat sebanyak tujuh buah film yang mengangkat isu-isu sosial di kalangan masyarakat Indonesia. Ketujuh film tersebut  yakni  “Dibalik Kilang”, “Kabayan Chicago”, “Longser Gaul”, “Ride the Life”, “Virgin?Cupu”, “Di Ambang Batas”, dan “Permainan dalam Masanya”.

    Ketujuh film tersebut merupakan karyamahasiswa broadast Prodi Ilmu Komunikasi Tel-U angkatan 2011. Film yang mereka buat sengaja dipersembahkan untuk Indonesia mengajar.

    - Advertisement -

    Freddy Yuswanto, M.Ds, Dosen Ilmu Komunikasi Tel-U mengatakan, guru-guru Indonesia mengajar itu tidak seperti guru di kota besar yang memiliki jam mengajar yang sudah ditentukan. Mereka hadir dalam keseharian masyarakat di daerah terpencil. Mereka mengedukasi masyarakat kapan saja baik pagi, siang, sore atau malam dalam situasi yang tidak formal.

    “Film dokumenter bisa menambah wawasan yang bisa jadi bagi masyarakat daerah terpencil tidak  terpikirkan sebelumnya,” kata Freddy.

    Freddy mengungkapkan, film dokumenter yang tayang dibuat tersebut telah berhasil menempatkan sudut pandang tertentu  terhadap isu sosial. Seperti film “Dibalik Kilang”. Film ini menyoroti cerita dibalik sumur-sumur tua peninggalan jaman penjajahan Belanda di Wonocolo. “Di Balik Kilang” menggambarkan tentang bagaimana sumur-sumur tua itu masih berfungsi dan membawa pengaruhnya kepada kehidupan ekonomi masyarat setempat.

    Sedangkan film bertema budaya diwakilkan oleh film “Kabayan Chicago”, “Longser Gaul” dan “Permainan Pada Masanya”. Ketiga film ini menyampaikan ajakan kepada masyarakat khususnya generasi muda  agar menjaga budaya dan kesenian trandisional Indonesia yang kini sudah mulai tergeser dengan budaya populer.

    Sementara itu Film dokumenter “Red The Life” dan “Di Ambang Batas” memotret kehidupan masyarakat  dalam usahanya mempertahankan hidup di kota besar. Sedangkan “Virgin?Cupu” mengangkat isu remaja di tengah kehidupan modern. Film ini menyampaikan pesan bahwa kehidupan modern tidak selamanya membawa kemajuan, melainkan kemunduran yang ditandai dengan rusaknya nilai-nilai ketimuran.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here