Ahmad Fauzan

JAKARTA, KabarKampus -Perhelatan Indonesia Fashion Week 2012 bertajuk Colourful Indonesia bisa jadi menghantarkan industri fashion Indonesia mendunia. Namun untuk masuk ke pasar international fashion designer Indonesia harus memiliki identitas atau kekhasan.
“Tanpa kekhasan jangan harap Anda punya tempat di kancah international. Anda hanya cukup menjadi fahion designer yang dikenal di di dalam negeri dan jago kandang,” kata guru besar ITB, Prof. Dr. Biranul Anas, M.Sn dalam seminar bertajuk Sustainable Fashion di Jakarta Convention Center pada pagelaran Indonesia Fashion Week 2012, Sabtu, (25/02).
Prof. Anas mengatakan, bahwa fashion designer tidak hanya bersaing di Jakarta, Bandung, Semarang, dan Surabaya, fashion designer Indonesia harus mendunia, agar menambah devisa negara. Dan untuk masuk dalam kancah global tersebut fashion designer Indonesia perlu identitas.
“Semakin besar kesadaran kepada kain semakin besar peluang seorang fashion designer memiliki identitas dan jati diri karena kain adalah medium utama dari fashion, tanpa kain tidak ada fashion designer,” tambah Prof. Anas.
Menurutnya, jati diri itu penting bila pertaruhannya adalah pasar luar negeri, disanalah pertaruhan fashion designer Indonesia dalam kancah internasional.
Prof. Anas mengungkapkan, fashion designer itu memiliki identitas melalui kain, karenanya bagi fashion designer sudah tidak zaman lagi membeli kain dari suku dayak, Nusa Tenggara Timur untuk dibawa pulang kemudian digunting- gunting, disobek-sobek, dan dijahit. Fashion designer harus mengkreasikan identitas mereka, seperti yang dilakukan mahasiswanya yang mengkreasikan kain tenun dalam bentuk lembaran, kain tenun ini ditawarkan kepada fashion design agar memiliki identitas tersebut.
Menurut Prof. Anas, untuk mencapai identitas seorang fashion designer, dapat dilakukan dengan cara-cara yang bisa buat di rumah. Fashion designer harus berani dan mencoba, tidak membeli kain di toko, di artha moda, dan sebagainya, hal itu sudah ketinggalan.
“Kalau fashion designer membeli kain di toko, ia bukan satu satunya yang memilikinya, ia bisa mengkreat sendiri kain tersebut, kalau tidak mengerti bekerjasamalah dengan designer tektile, dan dengan bekerjasama, akan muncul designer fashion yang punya identitas”.[]






