BANDUNG, KabarKampus – Dorongan kepada Pemerintah Jokowi untuk mengakhiri kontrak dengan Freeport semakin marak akhir-akhir ini. Namun ada juga yang menghawatirkan bila kontrak Freeport diputus, hubungan dengan Amerika akan menjadi tidak baik. Dan ancaman perang dimungkinkan terjadi.
Kemungkinan kontrak Freeport diputus dan bagaimana Indonesia menghadapi perang melawan Amerika menjadi pertanyaan dalam Kuliah Umum “Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara Bagi Calon Intelektual Masa Depan” di Telkom University, Senin, (07/12/2015). Pertanyaan ini ditujukan kepada Jenderal TNI Purn Ryamizard Ryacudu, Menteri Pertahanan Republik Indonesia sebagai pembicara dalam Kuliah Umum tersebut.[]
Menjawab pertanyaan tersebut, lulusan Ryamizard mengatakan, terkait sikap Amerika terhadap freeport, ia nomor duakan. Karena kepentingan nasional harus menjadi nomor satu.
“Kita semua pingin baik baik dari pada tidak baik,” kata lulusan AKABRI tahun 1974 ini dihadapan ratusan mahasiswa Telkom University.
Menurut Menhan, terkait sikap Amerika dan sebagainya terhadap Freeport, ia memilih menomor duakan hal tersebut. Dan lebih memilih menjadikan kepentingan nasional sebagai nomor satu.
“Kalau kontrak Freeport kita tidak lanjutkan, tidak gampang-gampang mengelola itu. Saya sudah beberapa kali ke sana, di sana rumit. Mulai dari teknologi dan sebaganya. Tapi menurut saya kalau bagian kita lebih besar dan hubungan dengan Amerika baik. Lebih baik mengejar itu,” kata mantan Kepala Staf Angkatan Darat ini.[]
Selain itu katanya, kalau Indonesia mengambil alih Freeport, mungkin beberapa tahun ke depan, Indonesia belum bisa menaikkan kuntungan. Karena akan belajar lagi.
“Jadi biarlah mereka mengelola tapi bagian kita jauh lebih besar. Dan hubungan dengan Amerika baik,” ungkapnya.
Menurut Menhan, memang awalnya, bagian Indonesia di Freeport sangat kecil sekali. Cuma berapa persen. Sementara Freeport besar. Tapi sekarang pembagiannya sudah tengah.- tengah.
Ia menjelaskan, kepada Amerika bukan masalah takut atau tidak takut. Namun bila hubungan dengan Amerika bisa baik, mengapa harus memilih yang tidak baik.
“Kita semua pingin baik baik, dari pada tidak baik-baik,” katanya.[]