More

    Mauliah Mulkin: Untuk Menjadi Orangtuapun, Seharusnya Ada Sekolahnya

    Penulis : Ismail Amin

    Mauliah Mulkin
    Mauliah Mulkin

    Tingkat kenakalan remaja di Indonesia yang setiap tahun meningkat telah sampai pada tahap mengkhawatirkan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang diharap menggembleng moral anak (tidak hanya dalam urusan meningkatkan kemampuan kognitif) dinilai gagal dalam menjalankan perannya.

    Oleh para pakar pendidikan, penyebab utamanya sebenarnya berada pada kesalahan dan kelalaian orang tua. Sekolah oleh sebagian besar orangtua dipandang sebagai satu-satunya pihak yang paling bertanggungjawab dalam menangani pendidikan anak. Pandangan ini bukan sekedar salah namun juga sesat, sebab orangtua dengan membiayai sekolah anak menganggap telah menjalankan perannya. Padahal peran utama orangtua dalam rumah tangga adalah tanggung jawab pendidikan anak. Tugas pengajaran bisa didelegasikan ke sekolah, namun tugas pendidikan tetap di rumah.

    - Advertisement -

    Yang paling berperan besar sesungguhnya dalam pendidikan anak adalah ayahnya. Khususnya dalam pembentukan moral dan mental anak. Sementara ibu cukup berperan pada pengasuhan dan perawatan anak. Kesalahpahaman dalam hal pendidikan anak ini, karena kurangnya bekal ilmu parenting pada pasangan yang telah menikah. Jika untuk menjadi dokter, insinyur, arsitek, pilot, semua ada sekolahnya, sementara untuk menjadi orang tua, tidak ada sekolah orang tua.

    Oleh karena itu, oleh sejumlah aktivis pendidikan, keberadaan sekolah atau kelas parenting sangat diperlukan keberadaannya untuk memberikan bekal ilmu kepada orangtua dalam mendidik anak.

    Berikut wawancara dengan Mauliah Mulkin (43 tahun), salah seorang aktivis pendidikan yang bermukim di kota Makassar. Selain aktif menulis artikel bertema parenting, ia juga membuka kelas parenting Paradigma Institute di rumahnya yang aktif diikuti pasangan muda maupun sejumlah mahasiswa yang masih single.

    Sejak kapan Anda mulai aktif menjalankan kelas parenting ini dan apa motivasi Anda membuatnya?

    Kelas Parenting mulai dijalankan sejak 4 bulan lalu, sekitar awal September 2015. Hal yang memotivasi adalah prihatin melihat banyak orangtua yang belum memahami benar cara-cara dan metode mengasuh anak yang baik dan tepat. Sementara kita tahu bahwa anak-anak adalah cikal bakal generasi yang berkualitas. Dan itu dimulai dari orangtuanya di rumah.

    Berfoto usai pertemuan tiga di Toko Buku Paradigma Ilmu.
    Berfoto usai pertemuan tiga di Toko Buku Paradigma Ilmu.

    Anda terinspirasi dari mana? Apa ada tokoh pendidikan atau kelas serupa yang memberi pengaruh pada motivasi Anda melakukan ini?

    Inspirasi saya dapatkan dari sekian  tahun melihat, bertemu, dan bergaul dengan para orangtua dengan beraneka ragam perilaku. Yang mana berimbas pada cara-cara mereka memperlakukan anak-anaknya. Tidak ada tokoh atau lembaga yang sangat mempengaruhi. Hanya dalam proses belajar, saya beberapa kali menghadiri seminar, diskusi, dan sejumlah lokakarya yang menyangkut persoalan pendidikan anak. Di samping itu buku-buku terutama yang paling banyak mempengaruhi pikiran dan gerakan saya. Justru karena tidak ada lembaga khusus yang mudah diakses oleh masyarakat awam yang membahas masalah keluarga dan anak sehari-harilah yang kemudian menggerakkan saya untuk segera memulainya dalam bentuk kelas kecil dulu.

    Apa pentingnya Anda melakukan ini?

    Sangat penting saya melakukan ini mengingat betapa banyak orangtua yang masih tertinggal pengetahuannya dalam hal pengasuhan anak. Harapannya, dengan adanya kelas ini akan memudahkan banyak orangtua untuk mendapatkan ilmu praktis sehari-hari sekaligus mendorong dan memotivasi mereka untuk melakukan perubahan kecil-kecilan dari rumah masing-masing.

    Melihat jurusan Anda dan spesialisasi Anda sebagai sarjana sastra Inggris, harusnya Anda bisa memilih untuk meniti karir dan mendapatkan pekerjaan yang lebih prestise, mengapa Anda tidak melakukanya?

    Saya dari dulu tidak berminat menjadi wanita karir baik di swasta maupun di negeri. Kalaupun dalam proses perjalanan kehidupan kami, saya sempat bergelut dalam bisnis/marketing jasa dan produk, tapi sifatnya freelance, jadi anak-anak dan keluarga tidak terganggu. Menurut saya, mengurus rumah dan anak-anak sangat berat jika dilakukan hanya sebagai sambilan. Mereka perlu dikelola dengan penuh perhatian dan pengetahuan yang memadai.

    Bisa Anda ceritakan sekilas mengenai kelas parenting paradigm institute?

    Kelas Parenting Paradigma Institute kami bentuk awal September 2015 lalu, bermula dari bincang-bincang dengan suami perihal Kelas Literasi yang sudah lebih dulu dibuka. Saya lalu berpikir, mengapa saya tidak buka juga Kelas Parenting di sini? Apalagi sejak lama saya selalu mencita-citakan ada sekolah khusus untuk para orangtua. Sayangnya sampai sekarang keinginan tersebut belum terwujud. Semoga Kelas Parenting ini bisa menjadi cikal bakal terbentuknya sekolah tersebut.

    Swadayanya dari mana dan sistem belajarnya seperti apa?

    Swadaya berasal dari saku sendiri dan sumbangan kecil dari peserta lainnya tanpa diminta. Cara belajarnya, setiap kali bertemu selalu ada pembahasan tema yang sebelumnya telah ditentukan. Saat ini tema masih lepas-lepas. Mungkin bulan-bulan berikutnya kami sudah akan membuat kurikulum khusus untuk membantu peserta lebih runut memahaminya. Setiap kali pertemuan setiap peserta boleh mengajukan persoalan-persoalan sehari-hari mereka terutama yang sulit untuk dipecahkan, kemudian teman-teman yang lain akan membantu menjawabnya. Diskusi pun biasanya jadi cair dan lancar dengan cara ini.

    Bisa Anda ceritakan mengenai kurikulum atau program belajar di kelas parenting ini? khususnya mengenai materi dan waktu belajarnya.

    Untuk sementara kurikulumnya masih dalam tahap penyusunan. Yang sekarang berlangsung, sifatnya masih tema insidentil yang mendesak untuk dibahas dan dipikirkan bersama. Untuk selanjutnya akan dibuatkan materi yang lebih terstruktur sesuai dengan level pengetahuan masing-masing peserta. Program belajar masih satu kali dalam satu bulan. Yakni di pekan pertama atau pekan kedua setiap bulannya.

    Di sini sistemnya bukan seperti kelas-kelas pengajaran sebagaimana biasa kita jumpai, melainkan para peserta semuanya duduk melingkar bersama,  kemudian pertemuan dibuka dengan doa, setelah itu dilanjutkan diskusi kepada inti masalah yang akan dibahas. Dan semua peserta mendapat giliran untuk berbicara.

    Yang diajarkan adalah semua persoalan terkait dengan pengasuhan anak mulai dari nol tahun sampai remaja. Bahkan tak jarang persoalan suami-isteri, hubungan mertua-menantu, dan hubungan dengan anggota keluarga lain pun kita bahas di sini. Tergantung tema diskusi pada saat itu.

    Apa yang membedakan antara kelas parenting ini dengan tempat belajar lainnya?

    Ibu-ibu bersemangat bediskusi di Toko Buku Paradigma Ilmu bersama Mauliah Mulkin.
    Ibu-ibu bersemangat bediskusi di Toko Buku Paradigma Ilmu bersama Mauliah Mulkin.

    Saya belum bisa menjawab apa perbedaannya karena belum pernah mengikuti ataupun mendapatkan informasi mengenai kelas sejenis ini sebelumnya.

    Yang saya tahu dan selama ini menjadi pemikiran serius adalah, betapa seringnya seseorang mengikuti seminar-seminar ataupun pelatihan-pelatihan tapi seringkali mereka pulang dan kembali kepada kebiasaan lama, yakni kembali menerapkan pola pengasuhan yang selama ini mereka terapkan. Nampaknya tanpa komunitas dan kebersamaan orang-orang tersebut sulit untuk melakukan gerakan perubahan. Karena jika tergabung dalam sebuah kelas ataupun komunitas yang rutin bertemu membahas persoalan yang sama, tentu semangat untuk berubahnya pun akan lebih besar.

    Apa kendala yang selama ini Anda hadapi dalam mengembangkan aktivitas ini?

    Kendala yang dihadapi adalah masalah waktu dan tempat. Karena jarak rumah peserta dengan peserta lainnya yang berjauhan. Namun saya yakin jika motivasi dan kemauannya kuat, kendala-kendala seperti ini dapat diatasi.

    Apa Anda menjalin kerjasama dengan lembaga pendidikan lain?

    Untuk saat ini kami belum melakukan kerja sama apa pun dengan lembaga mana pun. Kecuali untuk permintaan narasumber/pemateri, saya biasanya memenuhi undangan mereka. Akan tetapi, untuk ke depannya kami berencana untuk masuk ke sekolah-sekolah atau lembaga-lembaga pendidikan lainnya untuk menawarkan diri memberikan konseling kepada orangtua-orangtua yang tergabung dalam lembaga tersebut.

    Apa yang ikut merasakan manfaatnya dan punya efek terhadap metode pendidikan di keluarga? 

    Pada umumnya peserta banyak merasakan efek positifnya, di antaranya semangat untuk belajar masalah parenting jauh-jauh hari baik yang belum menikah terlebih lagi yang sudah menikah. Sikap dan perilaku terhadap anak di rumah semakin baik dari hari ke hari. Mereka pun akhirnya banyak yang sadar jikalau untuk berumah tangga itu perlu ilmu yang cukup yang harus terus diupgrade serta kesiapan mental dan fisik jauh sebelum hari itu tiba. Kalaupun di antara anggota keluara besar mereka atau bahkan keluarga inti mereka ada yang belum mengetahui masalah pengasuhan ini, mereka bisa mengajarinya dengan metode yang sudah kita pelajari di kelas sebelumnya.

    Apa peran, kerjasama, dan bentuk perhatian pemerintah di daerah Anda terkait dengan aktivitas Anda ini?

    Peran pemerintah belum nampak sama sekali. Karena kami pun belum pernah menyampaikannya secara langsung kepada mereka.

    Apa Paradigma Institute punya kelas lain selain kelas parenting? bisa anda jelaskan aktivitasnya bagaimana? apa pesertanya sama dengan yang ikut di kelas parenting?

    Selain Kelas Parenting, Paradigma Institute juga membuka Kelas Literasi, yang bertujuan melatih mahasiswa atau masyarakat umum yang beminat pada dunia kepenulisan untuk bersama-sama mengasah skill menulisnya.

    Di sini mereka berkumpul setiap pekan, yakni pada hari Ahad sore dengan masing-masing membawa tulisan yang sudah dipersiapkan dari rumah. Nantinya bersama peserta yang lain tulisan tersebut satu per satu akan dibahas, dikritisi, atau kalau dirasa perlu akan diperbaiki, sehingga mereka tahu bagaimana menulis yang baik. Biasanya selepas kelas ini para peserta akan lebih termotivasi dan tertantang untuk mengirimnya ke media cetak setempat. Alhamdulillah dari Kelas Literasi ini sudah ada empat orang muridnya yang sudah berhasil menembus media cetak koran Literasi Tempo  Makassar. Sekadar info, bahwa siapa pun yang berhasil mengirim tulisan dan dimuat di sini, rasanya sudah menjadi penulis yang high class, mengingat koran Tempo memiliki standar kepenulisan yang sangat baik dan edukatif karena setiap tulisan harus memenuhi tiga unsur, yakni peristiwa, literatur, dan style.

    Adapun pesertanya ada sebagian yang tergabung dalam Kelas Parenting.

    Buku-buku atau bahan bacaan yang Anda gunakan dalam mengajar di kelas parenting ini apa saja? 

    Buku-buku atau bahan bacaan yang kami gunakan adalah buku-buku karya Ayah Edy, Ihsan Baihaqi al-Bukhari (Abah Ihsan), Thomas Gordon, Adele Faber dan Elaine Mazlish, Rani Razak Noe’man, Glenn Doman, Alfie Kohn, hasil-hasil seminar Elly Risman, dan lain-lain.

    Apa Anda sendiri sudah mempraktikkannya? Bagaimana hasilnya?

    Alhamdulillah dari awal anak pertama lahir saya pribadi sudah banyak mempraktikkan semua teori yang saya ketahui. Banyak perjuangan dalam mempraktikkan teori-teori tersebut. Anak dan keluarga sudah seperti laboratorium, tempat mengujicobakan metode-metode pendidikan dan pengasuhan yang terbaik.

    Untuk tempat uji coba yang lain, masih berupa forum-forum pertemuan orangtua, arisan, ataupun pengajian. Di sana saya mulai meminta pada orangtua-orangtua yang hadir untuk serius dalam mempraktikkan pengetahuan pengasuhan yang telah mereka dapatkan. Sebagai bentuk komitmen saya dengan mereka, untuk pertemuan selanjutnya saya akan membantu mengevaluasi perubahan yang telah mereka lakukan di rumah. Jadi, meskipun mereka belum bergabung dalam Kelas Parenting Paradigma Institute, saya tetap berusaha ada keterkaitan secara moral dan emosional dengan mereka.

    Jadwalnya tidak tetap, tergantung waktu kegiatan yang mereka selenggarakan.

    Apa Anda punya karya tulis mengenai parenting? 

    Karya tulis masalah parenting sudah lebih dari seratus artikel yang saya kumpulkan, umumnya di blog Kompasiana dan sebagian kecil ada di blog pribadi. Yang berupa buku baru ada satu buah yang diterbitkan secara indie pada tahun 2011. Judulnya Dari Rumah untuk Dunia, yang berisi pengalaman sehari-hari menghadapi persoalan pengasuhan anak yang digabung dengan kumpulan makalah saat diundang jadi pembicara di seminar-seminar lokal. Artikel lainnya ada beberapa yang dimuat di Harian Fajar Makassar dan koran Tempo Literasi Makassar.

    Kalau ada yang berminat konsultasi, Anda bisa dihubungi dimana?

    Jika ada yang berminat untuk konsultasi, silakan dihubungi di nomor HP 081342585068, atau email ke: uli.mulkin@gmail.com; http://www.kompasiana.com/mauliahmulkin;

    https://www.facebook.com/mauliah.mulkin; dari semua media saya lebih senang jika via inbox di facebook. Atau mendatangi langsung lokasi kelas parenting di Jalan Sultan Alauddin 2/Pabbentengang no.6, Makassar, Kel. Mangasa, Kec. Tamalate, 90221 Makassar.

    Apa rencana dan harapan Anda kedepan?

    Untuk rencana ke depan, saya akan menerbitkan buku kedua yang juga berisi kumpulan tulisan tentang parenting, yang rencananya akan menjadi jembatan untuk bisa terhubung dengan sekolah-sekolah ataupun  lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Dan untuk Kelas Parenting sendiri, kami telah merencanakan dan mempersiapkan agar setiap peserta nantinya akan mampu menjadi pembicara-pembicara parenting yang akan tersebar di banyak tempat khususnya di wilayah Makassar dan sekitarnya. Mengingat pembicara dan praktisi di dunia ini belum banyak dan masih sangat dibutuhkan.

    Semoga dengan tersebarnya kelas-kelas parenting di mana-mana akan memudahkan para orangtua dan calon orangtua untuk mendapatkan pengetahuan dan motivasi sehingga dapat mendidik dengan lebih baik lagi.

    Pesan Anda terhadap pemerintah, masyarakat khususnya pasangan muda terkait dengan pentingnya menimba ilmu khususnya mengenai parenting ini?

    Pesan untuk pemerintah, kiranya bisa memfasilitasi kelas-kelas semacam ini agar bisa digalakkan di setiap pelosok dan menjadikan tenaga pengajarnya berkedudukan sama dengan para guru lainnya. Dan untuk para pasangan muda, persiapkan diri kalian jauh-jauh waktu sebelum membentuk sebuah keluarga. Karena dengan pengetahuan pra- berkeluarga yang cukup, akan meminimalisir banyak kesalahkaprahan dan ketidaktahuan yang fatal dalam proses pengasuhan anak.

    Orangtua yang berpengetahuan pasti akan lebih mampu menciptakan generasi yang lebih baik dan berkualitas dibandingkan dengan mereka yang tidak. Di samping itu, dengan berhasilnya keluarga-keluarga mendidik anak dengan baik, tentu akan berdampak pula pada tingkat keamanan, ketertiban, serta berpengaruh pada meningkatnya kualitas hidup masyarakat di sekitarnya.

    Karena menjadi orangtua belum ada sekolahnya, maka tak ada cara lain selain proaktif mencari dan belajar sendiri secara otodidaktik dalam hal pengetahuan parenting. Selamat berproses menjadi orangtua sukses.

    Terimakasih atas waktu anda.

     PROFIL

     Nama lengkap             : Mauliah Mulkin

    Nama panggilan         : Uli

    Tempat/tgl lahir         : Makassar, 14 Januari 1972

    Pekerjaan                    : Ibu rumah tangga, pebisnis buku, penulis, dan pembicara.

    Riwayat Pendidikan

    SMA                             : Tamat tahun 1990

    Universitas                  : Universitas Hasanuddin, Makassar

    Fakultas/Jurusan         : Sastra/Inggris

    Nama suami                : Sulhan Yusuf

    Anak pertama             : Nurul Aqilah Muslihah (Aqilah, perempuan, 21 th)

    Anak kedua                 : Nabila Azzahra (Yaya, perempuan, 20 th)

    Anak ketiga                 : Saffana Mustafani (Fana, perempuan, 17 th)

    Anak keempat             : Javid Moreza (Javid, laki-laki, 10 th)

    Alamat                        : Jl. Sultan Alauddin 2/Pabbentengang no.6, Makassar.

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here