More

    Tugas Generasi Muda Indonesia Ikut Memerdekan Palestina

    Encep Sukontra

    Seminar "Bandung Spirit for Palestine" dalam rangka peringatan 61 Tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) di Museum KAA, Bandung, Selasa (19/04/2016). FOTO : ENCEP SUKONTRA
    Seminar “Bandung Spirit for Palestine” dalam rangka peringatan 61 Tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) di Museum KAA, Bandung, Selasa (19/04/2016). FOTO : ENCEP SUKONTRA

    BANDUNG, KabarKampus-Enam puluh satu tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) masih menyisakan satu ganjalan besar, yakni belum merdekanya Palestina. Ganjalan tersebut menjadi “utang” bagi generasi muda Indonesia.

    Di saat negara-negara Asia-Afrika mengisi kemerdekaannya dengan pembangunan, Palestina yang notabene pendukung KAA 1955, masih menghadapi penjajahan Israel. Hal itu terungkap dalam seminar “Bandung Spirit for Palestine”, bagian dari rangkaian peringatan 61 Tahun KAA di Museum KAA, Bandung, Selasa (19/04/2016).

    - Advertisement -

    “Utang” sejarah itu mau tidak mau menjadi pekerjaan rumah yang besar bagi generasi muda Indonesia. Bagaimana caranya membayar “utang” memerdekaan Palestina?

    Al Busyra Basnur, Direktur Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri, mengatakan langkah pertama generasi muda adalah memahami arti penting kemerdekaan bagi Palestina. “Peranan pemuda dalam pelaksanaan diplomasi Indonesia khususnya diplomasi publik sangat besar,” kata Al Busyra Basnur saat membuka seminar.

    “Peran pemuda bisa dengan berbagai cara, satu tingkatkan dulu kesadaran pentingya kemerdekaan bagi Palestina, kedua berkarya untuk mendorong kemerdekaan Palestina.”

    Arti penting kemerdekaan bangsa terjajah seperti Palestina, menurutnya, tertuang dalam Pembukaan UUD 45 bahwa negeri ini berperan dalam menciptakan perdamaian dunia. Salah satu karya yang bisa menginspirasi mendukung perjuangan Palestina, kata dia, adalah pembangunan rumah sakit Indonesia yang dikoordinir Medical Emergency Rescue Committee (MER-C).

    Tahun ini, Rumah Sakit Indonesia sudah resmi berdiri di Gaza. Di bawah koordinassi Mer-C, Jakarta, ribuan relawan dan puluhan ribu donator Indonesia banyak terlibat dalam pembangunan ini. “Saat ini rumah sakit tersebut sudah mulai beroperasi dan telah melayani ribuan pasien,” ungkap Al Busyra Basnur.

    Selain rumah sakit, masih banyak karya-karya yang ditunggu bangsa Palestina sebagai modal kemerdekaannya. Lewat karya, dukungan terhadap Palestina tidak hanya diwujudkan ke dalam bentuk komitmen perjanjian semata, namun juga melalui aksi nyata.

    Tahun ini Indonesia juga telah menetapkan Konsul Kehormatan di Ramallah. Menurut Basnur, keberadaan Konsul Kehormatan sangat penting, tidak hanya dari sisi politik tetapi juga dari segi ekonomi.

    Dengan adanya konsul kehormatan diharapkan hubungan ekonomi kedua negara makin berkembang. Bidang lainnya, Indonesia juga berkomitmen menggelar program capacity bulding melalui mekanisme kerja sama Selatan-Selatan maupun bilateral.

    Sejauh ini, sambung Basnur, tercatat lebih dari 135 program capacity bulding yang diikuti 1.364 warga Palestina periode 2008-2015. Semuanya dilakukan dalam mekanisme bilateral, NAASP (New Asian African Strategic Partnership for Palestinian Capacity Building Program) dan CEAPAD (Conference on Cooperation aming East Asian Countries for Palestinian Development).

    Seminar “Bandung Spirit for Palestine” menghadirkan narasumber Duta Besar Palestina untuk Indonesia Fariz Mehdawi, Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia Pasifik M Hery Syaripudin, dan Direktur Timur Tengah Kementerian Luar Negeri RI Nurul Aulia.

    Disebutkan, berbagai program kerja sama untuk mendukung kemerdekaan Palestina sejauh ini telah membuat Israel khawatir. Pemerintahan Israel juga sudah mengendus dampak besar dari program capacity building yang diprakarsai Indonesia lewat NAASP.

    M Hery Syaripudin mengatakan, kini dengan adanya gerakan Bandung Spirit yang dimotori anak-anak muda akan semakin diperhitungkan Israel. Ia berharap Bandung Spirit yang merupakan buah dari KAA 55 terus digelorakan anak muda.

    “Mer-C membangun rumah sakit di Jalur Gaza adalah refleksi dari Bandung Spirit. Ini sekaligus membuktika bahwa Bandung Spirit yang berawal dari gedung ini (KAA) tidak sebatas kata-kata tapi sudah menjadi aksi nyata,” kata Hery.

    Meski demikian, pertanyaan kapan Palestina akan merdeka tidak ada yang tahu. Yang jelas upaya dukungan nyata harus terus dilakukan oleh berbagai kalangan.

    Upaya memerdekakan Palestina diprediksi masih jalan panjang. Untuk mempercepatnya, isu Palestina tidak bisa hanya dilihat dari sisi agama. Sehingga kemerdekaan Palestina bukan hanya “PR” umat Islam ataupun pemerintah, tetapi perlu keterlibatan semua agama dan kalangan.

    “Dukungan harus total, diplomasi harus dilakukan DPR, Presiden, LSM. Diplomasi harus inklusif melibatkan semua stakeholder,” katanya.

    Sementara perjuangan memerdekakan Palestina melalui PBB juga masih menemui jalan buntu. Contohnya, saat ini jumlah negara yang tergabung dalam UN ada 194 negara anggota. Dari jumlah itu ada 137 negara yang mengakui kemerdekaan Palestina.

    “Mestinya kan sudah lebih dari separuhnya. Tapi dalam politik internasional ya itulah, 137 yang mendukung tetap tak bisa meloloskan resolusi Palestina,” katanya.

    Tiap tahunnya, di PBB ada 17 resolusi untuk Palestina. Namun resolisi tersebut selalu kandas oleh negara-negara penentang seperti Amerika Serikat. Dari 17 resolusi itu, Indonesia selalu menginisiasi empat resolusi tiap tahunnya.

    “Resolusi itu baru di sidang majelis umum, belum lagi di resolusi keamanan. Dan kejadiannya selalu berulang-ulang dikandaskan,” ujarnya. []

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here