BANDUNG, KabarKampus – Sustainable university atau universitas yang berkelanjutan, tidak melulu soal ilmu pengetahuan atau kurikulum pendidikan di perguruan tinggi. Hal sederhana yang bisa dilakukan adalah mengubah cara pandang seseorang atau civitas akademika di perguruan tinggi.
“Diantaraya adalah cara berpakaian. Apakah perlu menggunakan jas atau tidak. Atau mengikuti Perdana Menteri Jepang yang meeting tidak menggunakan jas,” kata Prof. Dr. Johannes Widodo, dalam Seminar Nasional “Towards Sustainable University” yang digelar Fakultas Ekonomi Universitas Parahyangan, di Hotel Harris, Bandung, Jumat, (03/06/2016).
Ia menuturkan, di Jepang standar gedung dan apartemen di set 28 derajat celcius. Sehingga tidak memerlukan jas. Hal ini karena semakin tinggi derajat, semakin tinggi energi yang dipakai.
“Jadi kita tidak perlu pakai baju tebal-tebal ke kantor. Walaupun kadang,masih ada mahasiswa masih pakai jaket, meskipun di tropis” ungkap Prof. Johannes.
Lulusan Arsitektur Unpar ini menuturkan, hal lain yang bisa dilakukan perguruan tinggi dalam mendorong “Universtas yang Berkelanjutan” adalah prakteknya yang benar. Seperti seminar ini, sebetulnya bisa lebih murah, kalau ia tidak perlu terbang dari Singapura ke Bandung, dan hanya perlu teleconference.
“Muka saya muncul, kita bisa interaktif tanya jawab dan tidak usah bayarin hotel. Juga “karbon” saya bisa lebih kecil,” ungkap Prof Johannes.
Begitu juga untuk menguji mahasiswa yang pulang kampung ke negaranya atau sedang summit. Ketika ingin pulang tidak punya uang cukup, diuji dengan skype. Atau bila universitas ingin menguji mahsiswa S3 yang pengujinya dari Australia dan Amerika cukup dengan teleconference.
“Jadi hal-hal suistainable bukan hanya mengganti lampu pakai LED, tapi juga soal cara pandang,” ungkap prof. Johannes.[]