ABC AUSTRALIA PLUS
Patrick Wood
Temui atlet ultra-maraton perempuan yang akan berlari sejauh 4.000 kilometer keliling India untuk tujuan amal.
Bayangkan Anda akan pergi untuk lari.
Sepatu Anda sudah terpasang, Anda telah melakukan beberapa pemanasan, dan kemudian Anda mengambil langkah pertama. Kemudian langkah lainnya. Dan lainnya. Sekarang, lakukan itu lima juta kali.
Itulah tugas yang dihadapi pengacara asal Melbourne yang kini berpaling ke lari ultra-maraton, Samantha Gash, di saat ia bersiap untuk lari dengan jarak 4.000 km melintasi India hanya dalam 77 hari.
Bagi yang masih menghitung, jarak itu sama saja dengan rata-rata sekitar 50km/hari.
Apakah dia gugup? Pastinya.
“Saya sangat gugup. Saya mencoba untuk tak memikirkan betapa gugupnya saya,” aku Samantha.
Jadi mengapa melakukannya?
Samantha telah bermitra dengan organisasi World Vision pada ulang tahun mereka ke-50 untuk perjalanan epik ini guna mengumpulkan dana dan meningkatkan kesadaran akan kebutuhan pendidikan di India.
Ia akan memulai perjalanan ini dari salah satu gurun terkering di Bumi, Jaisalmer di Rajasthan, dan berakhir di Shillong, sembari menyaksikan langsung bagaimana warga setempat hidup dan apa tantangan serta peluang yang mereka hadapi, di sepanjang rute.
Di samping semua itu, Samantha Gash juga akan mengunjungi 18 proyek World Vision di sepanjang perjalanan.
“Saya menyadari kekuatan daya tahan lari sebagai sarana untuk perubahan. Saya akan berlari di salah satu negara paling beragam yang sangat kontras dengan rute di sepanjang itu,” jelas Samantha.
Ia menuturkan, “Apa yang saya anggap penting adalah saya mendapat pengalaman bagaimana kondisi kontras ini mempengaruhi tak hanya kebutuhan pembangunan, tapi juga respon pembangunan.”
Samantha baru-baru ini mengunjungi beberapa bagian dari India untuk mempersiapkan ultra-maratonnya dan mendapatkan gambaran apa yang akan ia alami saat ia mulai lari pada 22 Agustus.
Ia telah mengumpulkan lebih dari 56.000 dolar (atau setara Rp 560 juta) untuk proyek-proyek di negara yang menangani masalah-masalah seperti kekurangan gizi, akses terhadap air dan sanitasi, perkawinan di bawah umur, dan bias gender.
“Setiap kali saya berlatih, saya memvisualisasikan diri saya di India dan saya tahu bahwa setiap ketidaknyamanan yang mungkin saya alami akan tak sebanding dengan banyak kondisi yang saya akan lihat,” sebutnya.
Ia mengatakan, “Sorotan yang nyata bagi saya adalah bertemu dengan orang-orang dan masyarakat di sepanjang perjalanan.”
Sementara jarak yang ia tempuh sangat luar biasa, ternyata ini bukanlah jarak lari pertama Samantha yang tampaknya tak mungkin.
Ia adalah perempuan pertama dan orang termuda yang pernah menyelesaikan Kejuaraan Grand Slam Gurun RacingThePlanet 4 -acara yang dianggap sebagai salah satu yang paling sulit di dunia.
Pada tahun 2012, ia menjadi perempuan termuda Australia yang lari sepanjang 379km non-stop di Gurun Simpson dan dua tahun kemudian ia berlari 1,968km selama lebih dari 32 hari di Afrika Selatan. Kedua aktivitas lari ini menggalang dana untuk pendidikan anak-anak.
Itu adalah isu yang sangat menyentuh Samantha.
“Saya pikir hal yang paling mencolok adalah saya datang dari latar belakang di mana saya pikir pendidikan formal adalah yang paling penting. Tapi pendidikan adalah tentang hal-hal dasar yang kita ambil begitu saja,” ungkapnya.
Ia berujar, “Anak-anak di tempat-tempat seperti India akan melakukan apa saja untuk mendapatkan pendidikan ini. Proyek ini adalah platform untuk berbagi cerita yang seringkali tak terungkap.”
World Vision mengatakan bahwa di India, sekarang ini, 4% dari anak-anak tak pernah pergi ke sekolah, 58% tak tamat SD, dan 90% gagal menyelesaikan sekolah tinggi. Dan mengingat lebih dari 67 juta anak muda India hidup dengan kurang dari 1 dolar (atau setara Rp 10 ribu) per hari, hambatan untuk pendidikan sangat besar dan kompleks.
Samantha begitu cepat menunjukkan bahwa ia tak kecanduan lari. Sebaliknya, ia tertarik pada perasaan tenang dan perspektif yang ia rasa dan kekuatan mental yang muncul ketika menyelesaikan lari.
Dan itu bisa ditelusuri kembali dari delapan tahun lalu.
“Saya ikut Melbourne Marathon pada tahun 2008 ketika saya benar-benar tak bugar dan hampir menarik diri dari lomba di km 32 dan hanya berpikir saya tak bisa lanjut,” ungkapnya.
“Saya kehilangan semangat dengan cara yang buruk. Saya punya teman yang memotivasi saya. Ia membantu saya jauh lebih banyak daripada yang ia tahu,” tuturnya.
Ia menyambung, “Saya pikir kelemahan mental saya sendiri mengejutkan saya dan saya ingin menjadi lebih kuat.”
Samantha akan memiliki tim inti yang mengikutinya sepanjang perjalanan keliling India yang akan memerhatikan segala sesuatu mulai dari keamanan hingga perencanaan dan dukungan emosional.
Dalam upaya untuk memahami tugas raksasa ini, ia telah membagi perjalanan ini menjadi tiga kategori mental: “Cinta yang tangguh” di awal untuk memulai perjalanan; “Kepala” di tengah, untuk memastikan ia siap secara mental untuk menjalankan tugas; dan “Hati” di akhir, di mana dukungan dari keluarga akan menjadi penting.
“Anda tak bisa melakukan hal semacam ini sendirian. Bagian hati akan memiliki energi feminin. Pada saat itu, saya pikir saya mungkin perlu energi tersebut,” sebutnya.
Bertepatan dengan ultra-maraton Samantha keliling India, World Vision meluncurkan Tantangan 12 Minggu dan mengundang pelari dan pejalan kaki dari segala usia untuk membentuk tim dan melacak jarak mereka dan mengumpulkan dana sepanjang perjalanan.
Warga Australia bisa mendaftarkan tim hingga 10 orang dan menyumbang langsung ke acara ini. Samantha menyambut dukungan untuk perjalanan melelahkannya ini.
“Ini adalah lari terpanjang yang pernah saya lakukan dan persiapan mulai dari pelatihan hingga logistik dan penggalangan dana telah berjalan lebih dari dua tahun dengan beberapa perjalanan ke India,” ungkap Samantha Gash.
“Meski demikian, saya tahu dari pengalaman bahwa Anda tak bisa pernah merencanakan segalanya, terutama dengan cuaca dan lanskap India yang luar biasa,” sambungnya. []
Official website : http://www.samanthagash.com/